IHRAM.CO.ID, RAMALLAH -- Penyanyi Palestina Dalal Abu Amna menolak undangan tampil di Dubai Expo 2020 karena hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dengan otoritas pendudukan Israel. Negara Teluk itu disebut telah mengabaikan perasaan rakyat Palestina.
"Kegigihan negara itu dalam mengabaikan perasaan dan hak-hak rakyat Palestina," kata Dalal menurut sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya dilansir dari The New Arab, Rabu (2/2/2022).
Dalam postingannya, Abu Amna mengacu pada kehadiran Presiden Israel Isaac Herzog di pameran tersebut di mana ia menyampaikan pidato pada Senin (31/1/2022) dan disambut dengan lagu kebangsaan Israel. Herzog juga menjadi kepala negara Israel pertama yang mengunjungi UEA.
"Penolakan ini dilakukan karena tugas kami untuk mengambil posisi yang jelas terhadap segala sesuatu yang bertentangan perjuangan Palestina," bunyi pernyataan Abu Amna.
Penyanyi itu mengatakan keputusannya berasal dari keyakinan pribadi. Dia tidak memaksakan pada siapa pun dan mengatakan mendukung kebebasan setiap artis untuk menentukan jalur karier mereka sesuai dengan prinsip pribadi. Termasuk dengan nilai-nilai kemanusiaan di mana mereka dibesarkan.
Abu Amna menyatakan dia akan menyambut undangan masa depan dari acara lain di UEA yang tidak bertentangan dengan keyakinannya untuk terus meningkatkan kesadaran akan perjuangan Palestina. Terutama untuk tetap hidup dalam jiwa yang terhormat.
UEA adalah negara Teluk pertama yang menormalkan hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham, sebuah perjanjian yang ditengahi oleh AS pada tahun 2020. Selama pidatonya di Dubai Expo 2020, Presiden Israel membual tentang hasil kerja sama Israel-Emirat dengan menyatakan perdagangan telah melampaui lebih dari Rp 14 triliun.
Herzog juga mencatat 250 ribu orang Israel telah mengunjungi UEA sejauh ini dan dia berharap Emirat akan membalasnya ketika pembatasan virus corona dilonggarkan. Survei opini publik di dunia Arab telah menunjukkan penentangan berkelanjutan terhadap kesepakatan normalisasi dengan Israel, yang menurut warga Palestina telah menguntungkan Israel karena terus menduduki Tepi Barat dan mengepung Jalur Gaza.