IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Mina menjadi tempat akhir tujuan jamaah haji sebelum melakukan wukuf di Padang Arafah. Setidaknya ada empat tempat penting di Mina yang perlu diketahui para jamaah haji.
Trinil Susilawati dalam bukunya 'Haji Dan Umroh Yang Nikmat' menuliskan, tempat penting itu pertama tadalah Jamarat yang meliputi Jumrah Aqabah (kubra) Jumrah Wustha dan Jumrah Ula.
Kedua Al-Manhar atau Jabal Kurban adalah tempat penyembelihan binatang kurban. Ketiga Masjid Al-Kahfi adalah tempat Nabi Muhammad SAW melakukan salat dan khotbah ketika berada di Mina sewaktu melaksanakan ibadah haji.
Keempat Masjid Al Baiah adalah tempat Nabi Muhammad SAW dibaiat oleh orang-orang Anshar yang datang dari Yatsrib Madinah 1 tahun sebelum hijrah.
Trinil Susilawati mengatakan, kata Jamarat adalah bentuk jamak (plural) dari kata Jumrah yang secara bahasa artinya kumpulan batu-batu kecil, kemudian kata ini akhirnya menjadi nama lokasi yang dilempari batu kerikil oleh para jamaah haji saat mereka berada di Mina.
Jumrah Aqabah disebut juga Jumrah Kubro yaitu Jumrah yang paling dekat dengan Makkah dan sekaligus sebagai batas antara Mina dan Makkah.Pada tanggal 10 Dzul Hijjah setiap jamaah haji diwajibkan melempari Jumrah ini tujuh kali lemparan setelah mereka melakukan wukuf di Arafah dan bermalam di Mudzalifah.
Pada tanggal 11,12 dan 13 Dzul Hijjah para jamaah haji diwajibkan melempar ketiga jumrah secara berurutan, dimulai dengan Jumrah Ula, kemudian Jumrah Wusta dengan jumlah batu yang sama, dan terakhir Jumrah Aqabah dengan jumlah lemparan seperti yang pertama dan kedua.
Melempar ketiga Jumrah di masa Nabi Muhammad SAW dimulai setelah tergelincir matahari (Dzuhur) sampai terbenamnya, kemudian setelah jamaah haji mencapai jutaan, para ulama berijtihad membolehkan pelemparannya dimulai pagi hari sampai dengan malam hari, bahkan pada pelaksanaan ibadah haji tahun 2005, pemerintah Arab Saudi membagi waktu pelontaran selama 24 jam.
"Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan para jamaah haji yang pada setiap tahun ditempat tersebut selalu memakan korban kematian karena padatnya manusia," katanya.
Setiap Jumrah ditandai dengan pilar yang dikelilingi tembok setinggi satu meter berbentuk lingkaran untuk menampung batu yang dilempari oleh jamaah haji. Mulai musim haji tahun 2005 pilar ini sudah diubah, tidak lagi segi empat akan tetapi memanjang agar para jamaah dapat melontar Jumrahnya sambil berjalan, karena melontar sambil berhenti itulah yang menyebabkan banyaknya korban kecelakaan terinjak-injak.