REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki telah menjadi tujuan menarik bagi umat Islam yang melarikan diri dari tekanan dan serangan Islamofobia di Prancis, menurut laporan harian Prancis Le Journal du Dimanche.
Banyak pemuda Prancis yang memenuhi syarat asal Afrika Utara juga menetap di negara-negara Teluk, tetapi Turki yang modern namun tradisional kini telah menjadi tujuan migrasi yang semakin populer bagi mereka.
Seperti dilansir Anadolu Agency, Thibault yang berusia tiga puluh dua tahun, seorang pembuat roti dari Isere, Prancis, pertama kali pindah ke Bosnia dan Herzegovina dan kemudian Norwegia. Dia akhirnya menetap di Istanbul, Turki bersama istri dan dua anaknya lebih dari setahun lalu.
Pasangan itu pertama kali berpikir untuk pindah ke Mesir atau Maroko, tetapi lebih memilih Turki karena budayanya yang beragam lebih dekat dengan gaya hidup mereka.
Fosil Mahani, seorang influencer YouTube yang menetap di provinsi Mediterania Turki, Antalya pada 2019, mengatakan perpaduan budaya Eropa dan Timur Tengah Turki menarik baginya.
Mualaf Muslim David Bizet, yang mendirikan grup Facebook, Imigrasi ke Turki, juga tinggal di Turkiye sejak 2019. Dia berasal dari Dijon di timur Prancis.
Laporan itu mengutip sebuah posting baru-baru ini oleh Bizet, yang menulis: "Hampir seminggu berlalu tanpa pesan dari Prancis yang telah menetap di Turki atau ingin menetap."
Otoritas Prancis dikabarkan menyudutkan komunitas Muslimnya, dan dalam beberapa tahun terakhir banyak masjid dan organisasi masyarakat sipil dikatakan telah ditutup.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis" dan juga memperkenalkan seperangkat prinsip yang akan mendefinisikan Islam Prancis.