Selasa 22 Feb 2022 13:49 WIB

Kisah Hari Pendirian Arab Saudi

Kisah Hari Pendirian Arab Saudi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Hari Pendirian Arab Saudi. Foto: Bendera Arab Saudi
Foto:

Beberapa generasi sebelumnya, sebagian dari suku tersebut, telah bermigrasi ke arah timur untuk menetap di pantai Teluk Arab. Namun pada 1446, Manaa' Al-Muraide, pemimpin marga Marada dari suku Al-Duru dari Bani Hanifah, memimpin rakyatnya kembali ke jantung Arabia, atas undangan sepupunya, Ibn Dira', penguasa negeri itu.

Pemukiman yang mereka dirikan di pantai itu mereka beri nama Diriyah sesuai nama suku mereka, Al-Duru. Sekarang mereka mendirikan Diriyah baru di tepi subur Wadi Hanifah.

Dalam kata-kata sejarawan Dr. Badran Al-Honaihen, kedatangan Al-Muraide seolah meletakkan blok bangunan untuk pendirian negara terbesar dalam sejarah Jazirah Arab, setelah Negara Nabi dan Khilafah Rashidun.

300 tahun akhirnya berlalu sebelum langkah penting berikutnya diambil. Pada 1720, Saud ibn Mohammed mengambil alih kepemimpinan Diriyah, yang dinamai Keluarga Kerajaan Saudi menurut namanya.

Saat ini, sejarawan menyebutkan asal mula Negara Saudi Pertama pada 1727, ketika putra Saud, Mohammed, menjadi penguasa negara kota.

"Dia mengambil alih kekuasaan dalam keadaan luar biasa," kata Al-Honaihen.

Kala itu Diriyah telah terkoyak oleh perpecahan internal, serta wabah yang telah menyebar ke seluruh Jazirah Arab dan telah merenggut banyak nyawa di Najd. Namun demikian, Imam Muhammad mampu menyatukan Diriyah di bawah pemerintahannya dan berkontribusi pada penyebaran keamanan dan perdamaian di tingkat regional dan Jazirah Arab.

Akhirnya, di sinilah seorang pemimpin dengan visi yang melampaui cakrawala bertekad untuk mendirikan negara baru, berdasarkan pendidikan, budaya dan keamanan, serta kesetiaan kepada agama Islam yang benar. Reformis agama Sheikh Mohammed bin Abdul Wahab lantas ditarik ke negara baru yang dinamis dan secara politik dan ekonomi semakin kuat.

Sheikh Mohammed merupakan seorang cendekiawan agama dari desa terdekat Al-Uyayna, yang menjadi semakin khawatir banyak orang di dunia Arab meninggalkan ajaran Nabi dan kembali ke cara-cara pra-Islam yang sesat. Upayanya untuk memperkenalkan reformasi disambut dengan permusuhan di Al-Uyayna, tetapi dia menemukan perlindungan di Diriyah.

“Migrasi ke Diriyah terjadi sebagai akibat alami dari kebijakan Imam Mohammed ibn Saud. Ia dikenal religius. Dua saudara laki-lakinya, Thunayan dan Mishari, dan putranya Abdulaziz termasuk di antara mereka yang berhubungan dengan Sheikh Mohammed bin Abdulwahhab di Al-Uyayna," lanjutnya.

Syekh Mohammed disebut tidak meninggalkan al-Uyayna sampai setelah Imam Mohammed mengundangnya untuk datang ke Diriyah, dan ada negara yang mampu melindungi misi keagamaan Syekh.

Dalam mendukung misi reformis ini, Imam Muhammad melihat hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip negara yang sedang ia bangun, terutama aspek agamanya.

Singkatnya, bukan aliansi Syekh dan Imam yang memungkinkan berdirinya Negara Saudi Pertama, melainkan keberadaan negara itu yang sudah kuat secara politik dan ekonomi, yang memungkinkan penyebaran pesan reformasi.

Al-Honaihen menekankan keputusan untuk secara resmi mengakui tahun 1727 sebagai tahun pendirian sama sekali tidak boleh ditafsirkan sebagai merendahkan agama sebagai landasan Kerajaan Arab Saudi.

"Itu tidak benar. Tujuannya hanya untuk menentukan tanggal politik yang tepat untuk berdirinya negara, aksesi kekuasaan Imam Mohammed ibn Saud di Diriyah, karena sejumlah kebijakan dan pendapat yang salah telah muncul mengenai kebangkitan dan pendirian negara," ujar dia.

Selain itu, negara dalam konstitusinya menetapkan Kerajaan Arab Saudi adalah negara Islam Arab yang agamanya Islam dan konstitusinya adalah Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Dia juga menjelaskan bahwa 'Founding Day' bukanlah alternatif dari Hari Nasional yang diperingati pada 23 September, tetapi melengkapinya.  

Sumber:

https://www.arabnews.com/node/2029316/saudi-arabia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement