Rabu 23 Feb 2022 20:14 WIB

MUI Bukittinggi Setuju Adanya Pengaturan Pengeras Suara Masjid dan Mushola

MUI Bukittinggi setuju adanya pengaturan pengeras suara di masjid dan mushola

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agung Sasongko
Muadzin mengatur sound system pengeras suara sebelum mengumandangkan adzan di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebagai upaya untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial di lingkungan masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari sisi agama maupun keyakinan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Muadzin mengatur sound system pengeras suara sebelum mengumandangkan adzan di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebagai upaya untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial di lingkungan masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari sisi agama maupun keyakinan. Republika/Putra M. Akbar

IHRAM.CO.ID, BUKITTINGGI -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bukittinggi, Aidil Alfin, setuju adanya pengaturan untuk pengeras suara masjid dan mushola. "Memang tujuannya untuk syiar Islam. Tapi yang penting tidak mengganggu kenyamanan dan kekhusyukan jamaah. Kalau sama-sama mengeraskan suara apalagi masjidnya berdekatan, terdengarnya seperti berlomba pengeras suara," kata Aidil, Rabu (23/2).

Aidil melihat sering terjadi di masjid-masjid yang lokasinya berdekatan sama-sama menghidupkan pengeras suara saat shalat berjamaah yang dikeraskan, saat pengajian dan khutbah Jumat. Ia menyebut ada sebuah kejadian, jamaah di salah satu masjid salah saat rukuk karena ia ternyata lebih fokus menyimak imam di masjid di sebelah.

Baca Juga

"Kalau bisa saat shalat yang bacaannya dikeraskan, saat tadarus, cukup pakai mic dan pengeras suara di dalam saja," ujar Aidil.

Namun saat azan, menurut Aidil tidak masalah bila dikeraskan. Karena waktu azan memang penting bagi masyarakat untuk penanda waktu shalat telah masuk.

 

Selain itu, Aidil menyarankan bila mengeraskan suara saat tadarus, dan shalat berjamaah yang dikeraskan, pengurus masjid tidak membiarkan suara yang cempreng. Karena akan mengganggu ketenangan masyarakat.

"Pengeras suaranya harus diatur supaya bagus. Dan yang mengisi sebaiknya yang bersuara merdu," kata Aidil menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement