IHRAM.CO.ID,MAKKAH -- Penemuan arkeologi di Kerajaan Saudi telah mendorong orang Saudi untuk mempelajari bahasa kuno seperti Thamudiyah, Musnad, Lihyaniyya dan Safaiyyah. Harapannya, mereka dapat menguraikan prasasti dan ukiran di bebatuan untuk membuka rahasia masa lalu.
Universitas-universitas Saudi telah mendedikasikan beragam kursus untuk bahasa-bahasa ini dan cara mempelajarinya. Inisiatif ini berdampak positif pada perjalanan eksplorasi dan meningkatkan kekayaan sejarah Arab Saudi.
Pengembangan akademik dan linguistik ini juga telah membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya warisan dan mempelajarinya sepenuhnya. CEO Komisi Warisan Saudi, Dr Jasir Al-Herbish, mengatakan Kerajaan memiliki warisan yang kaya dan berakar pada budaya dan peradaban kuno.
Dilansir di Arab News, Kamis (24/2), ia mengatakan belajar bahasa kuno seperti Thamudiyah dan Musnad merupakan perjalanan ke masa lalu. Departemen arkeologi di Universitas Hail, Universitas King Saud, serta Universitas Putri Nourah binti Abdulrahman disebut berfokus pada bidang-bidang ini dan melalui program dan kursus itu, tujuan belajar tentang masa lalu dapat dicapai.
Kurikulum yang ada telah menyediakan landasan teoritis. Di sisi lain, siswa bertanggung jawab untuk menerapkan apa yang telah dipelajarinya melalui kerja lapangan, saat belajar arkeologi baik di tingkat sarjana atau di program pascasarjana.
"Limpahan informasi di internet adalah katalis dan saluran panduan diri untuk menguraikan kode dan mengungkap rahasia bahasa bagi mereka yang tertarik. Ketertarikan sekelompok spesialis juga telah membantu dalam meningkatkan kesadaran, serta mentransmisikan keahlian dalam segala hal yang berkaitan dengan warisan dan peradaban," ujar dia.
Selain itu, peran perjalanan eksplorasi dan penelitian yang diterbitkan maupun diedarkan, telah membantu membangkitkan rasa ingin tahu bagi mereka yang tertarik. Secara bertahap, lingkaran itu berkembang dan menjadi perilaku umum.
"Prasasti batu menjadi kenangan dan album cerita yang menolak penghapusan, karena kualifikasi yang dinikmati oleh para spesialis di Arab Saudi secara global, membuat mereka memperoleh pengetahuan untuk menguraikan rahasia bahasa-bahasa ini,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan ada program gelar sarjana untuk mengajar bahasa kuno di departemen arkeologi KSU, Universitas Hail dan Universitas Putri Nourah binti Abdulrahman. Ada juga Institut Kerajaan di Komisi Kerajaan untuk AlUla, pusat internasional untuk pengetahuan dan penelitian arkeologi, yang menawarkan pengalaman yang lebih dalam dan lebih khusus.
Studi lokal menunjukkan adanya prasasti dan ukiran batu di lebih dari 5.000 situs Saudi. Tempat-tempat ini memiliki ribuan ukiran dan prasasti arkeologi, dimana mereka dilestarikan melalui peningkatan kesadaran akan pentingnya mereka, melindungi dan merehabilitasi mereka, selain memantaunya.
Dr Fouad bin Daifallah Al-Maghamisi yang ahli dalam sejarah Madinah mengatakan, Jazirah Arab memiliki banyak ukiran dan prasasti. Mereka diawetkan di lereng gunung dan di lembah, sementara yang lain di bebatuan.
“Mempelajari lokasi geografis yang meliputi prasasti, tulisan atau gambar dari perspektif topografi bukanlah hal yang mudah, karena kita berhadapan dengan budaya sosial yang telah lenyap dan tidak memiliki sumber kognitif atau sejarah selain hal-hal yang kuno. Dan yang lebih sulit adalah mencoba mempelajarinya dari berbagai aspek dan mencoba mengetahui apa sebenarnya arti simbol, prasasti, tulisan, atau gambar ini,” ucap dia.
Dia menambahkan, karena banyaknya bahasa dan keragaman tulisan, orang Nabatea kembali menggunakan bahasa Aram untuk mengukir prasasti mereka. Bahasa Aram berasal dari bahasa ibu bahasa Arab.
Beberapa prasasti kuno menunjukkan sejauh mana pengaruhnya terhadap mereka dari peradaban yang bersentuhan dengan mereka, seperti Yunani dan Latin. Kondisi ini menunjukkan bahwa prasasti ini telah menyebar ke wilayah yang luas, membuat orang berasumsi bahasa atau tulisan ini tersebar luas dan umum selama era sejarah itu.
Mempelajari bahasa kuno seperti Thamudiyyah, Musnad atau Lihyaniyya disebut tetap valid, karena merupakan bahan sejarah kuno dan merupakan salah satu sumber. Diperlukan uraian kode-kode dan membacanya menurut spesialisasi yang sistematis dan ilmiah, karena peristiwa sejarah akan bergantung padanya.
Dia juga mengatakan prasasti adalah sumber yang dapat dipercaya dan menjadi penyebab hadirnya departemen sejarah, departemen arkeologi dan arkeolog, yang mendedikasikan sejumlah besar studi untuk spesialis dan pihak lain yang tertarik.
"Namun, karena Arab Saudi memiliki banyak prasasti dan ukiran, sangat penting untuk mengadakan sesi pembelajaran dan lokakarya untuk mempersiapkan kaum muda yang tertarik dengan bidang ini," katanya.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/2030776/saudi-arabia