Senin 07 Mar 2022 21:00 WIB

IPHI Berharap Program Sapa Jamaah Haji Berkelanjutan

IPHI Berharap Program Sapa Jamaah Haji Berkelanjutan

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
IPHI Berharap Program Sapa Jamaah Haji Berkelanjutan. Foto:  Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ismed Hasan Putro.
Foto: IPHI
IPHI Berharap Program Sapa Jamaah Haji Berkelanjutan. Foto: Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ismed Hasan Putro.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Ismed Hasan Putro, menyambut baik rencana Ditjen PHU mencanangkan program Sapa Jamaah Haji (SJH). Ia menyebut program ini untuk mengoptimalkan fungsi masjid sebagai sarana pembinaan jamaah haji.

"Saya apresiasi upaya dari Ditjen PHU yang ingin bersama-sama memberdayakan masjid dan jamaah haji, menjalin simpul agar diberikan pembekalan yang kuat kepada jamaah," ujar dia saat dihubungi Republika, Ahad (6/3).

Baca Juga

Dalam upaya pembekalan ini, ia menilai ada hal-hal substansial yang memang penting untuk dibahas, selain perihal ibadah haji itu sendiri. Di antaranya, bagaimana cara menggunakan toilet di hotel atau tempat umum dan di pesawat.

Mengingat banyak jamaah haji asal Indonesia yang berasal dari daerah, termasuk wilayah 3T, serta berusia sepuh, pengetahuan semacam ini belum tentu dimiliki semua pihak. Sehingga, menurutnya hal tersebut menjadi penting dan perlu diperhatikan.

 

Tak hanya itu, revitalisasi fungsi ini disebut merupakan langkah yang sangat baik. Masjid sebagai rumah besar umat Muslim, memiliki peran silaturahmi dan beribadah kepada Allah SWT.

"Program pembinaan jamaah haji ini akan efektif jika melibatkan dewan masjid, alumni haji, serta MUI. IPHI sendiri menyadari, banyak jamaah yang membutuhkan pembekalan, di luar KBIH atau travel yang memberangkatkan," katanya.

Pembekalan lain yang disebut penting adalah perihal pantauan kesehatan jamaah. Ismed Hasan Putro menyebut jamaah jarang sekali diperiksa selama masa tunggu. Pemeriksaan baru dilakukan tiga atau empat bulan sebelum jamaah berangkat ke Arab Saudi.

Ketiga, pembekalan yang perlu diberikan adalah seputar ibadah yang akan dilakukan jamaah. Tidak sedikit jamaah yang disebut belum memahami cara ibadah yang benar dan baik, bahkan memahami makna dari setiap ibadah yang akan dijalankan di Tanah Suci nanti.

"Jamaah ini banyak yang belum paham, karena pembekalan yang mereka terima sangat minim. Pembekalan yang insentif sangat diperlukan," lanjut dia.

Sejalan dengan rencana Menteri Agama merevitalisasi fungsi masjid, usulan dari Dirjen PHU dinilai sangat kontekstual dengan kebutuhan yang dirasakan jamaah Indonesia. Pembinaan kepada jamaah haji berbasis masjid adalah hal penting.

Adapun catatan kecil yang perlu diperhatikan untuk program SJH adalah minimnya masjid di wilayah yang minoritas Muslim. Ismed menilai pemerintah harus memikirkan terobosan atau solusi dari hal tersebut.

"Pembekalan yang maksimal kepada jamaah ini jangan bersifat temporary, tapi berkelanjutan. Supaya, ada kekuatan yang dirasakan manfaatnya oleh jamaah. Jamaah ini diberikan pembekalan yang sesuai dengan kebutuhan mereka," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement