Sabtu 12 Mar 2022 18:00 WIB

Ukraina Tuding Pasukan Rusia Tembaki Masjid di Mariupol

Masjid Sultan Agung Suleiman dan istrinya Roxolana

Rep: Reuters/Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Subarkah
Masjid Sultan Suleiman di Kota Mariupol Ukraina
Foto: istimewa
Masjid Sultan Suleiman di Kota Mariupol Ukraina

KIEV – Ukraina menuduh pasukan Rusia menembaki sebuah masjid di kota pelabuhan Mariupol yang sudah dikepung. Terdapat lebih dari 80 warga sipil yang bersembunyi di bangunan masjid, termasuk di dalamnya anak-anak. 

“Masjid Sultan Agung Suleiman dan istrinya Roxolana (Hurrem Sultan) di Mariupol ditembaki penjajah Rusia. Lebih dari 80 orang dewasa dan anak-anak bersembunyi di sana dari penembakan, termasuk warga Turki,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina lewat akun Twitter resminya, Sabtu (12/3).

Tidak disebutkan apakah terdapat korban luka atau tewas akibat aksi penembakan oleh pasukan Rusia. Saat ini Rusia sudah menerapkan blokade terhadap Mariupol. Ratusan ribu warga terperangkap di kota yang terletak di selatan Ukraina tersebut. Moskow telah menyalahkan Kiev atas kegagalannya mengevakuasi penduduk di sana. 

Di tempat lain, serangan roket Rusia menghancurkan pangkalan udara Ukraina di dekat kota Vasylkiv, Kiev. Menurut Wali Kota Vasylkiv Natalia Balasynovych, hantaman roket Rusia juga menghancurkan gudang amunisi. Sejauh ini Rusia memang membantah menargetkan wilayah sipil dalam menjalankan “operasi militer” khususnya di Ukraina.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan, saat ini setidaknya terdapat 2,5 juta warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga. Jumlah tersebut mencakup lebih dari 1 juta anak-anak. “Jumlah pengungsi dari Ukraina tragisnya telah mencapai 2,5 juta hari ini. Kami juga memperkirakan bahwa sekitar dua juta orang mengungsi di dalam Ukraina. Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang yang tidak masuk akal ini,” kata Grandi lewa akun Twitter pribadinya pada Jumat (11/3).

Dia mengungkapkan, saat ini Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) membutuhkan dana sekitar 500 juta dolar AS untuk pekerjaan daruratnya di Ukraina dan negara-negara tetangganya. “Sejauh ini kami telah menerima lebih dari 300 juta dolar AS, di mana hampir 200 juta dolar AS di antaranya dari individu, perusahaan, dan yayasan,” ucapnya.

Menurut Grandi, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya. “Tanda solidaritas yang luar biasa dengan rakyat Ukraina,” ujarnya.

Negara anggota Uni Eropa telah mengaktifkan perangkat perlindungan sementara untuk warga negara Ukraina. Mereka menawarkan status dan manfaat yang serupa dengan pengungsi, termasuk visa, hak kerja, sekolah untuk anak-anak, akses ke perawatan kesehatan, dan tunjangan pencari suaka langsung sesuai dengan komposisi keluarga hingga satu tahun.

Ukraina bukan negara anggota Uni Eropa. Namun pada 28 Februari lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah resmi menandatangani aplikasi keanggotaan negaranya ke perhimpunan Benua Biru. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement