IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar dua pertiga Muslim, separuh dari Yahudi, dan lebih dari sepertiga Kristen Protestan evangelis di Amerika Serikat (AS) mengalami diskriminasi di tempat kerja, meskipun dengan cara yang berbeda. Demikian hasil penelitian berjudul "Bagaimana Diskriminasi Keagamaan Dipersepsikan di Tempat Kerja: Memperluas Pandangan."
"Ketika kami melakukan wawancara, kami dapat mengetahui lebih dalam tentang bagaimana orang-orang mengalami diskriminasi agama. Kami menemukan bahwa ini bukan hanya tentang perekrutan, pemecatan, dan promosi, yang biasanya dipikirkan orang," kata peneliti pascadoktoral di RPLP dan penulis utama penelitian tersebut, Rachel Schneider, dilansir di PHYS.ORG, Jumat (11/3/2022).
Baik Muslim, Yahudi, dan Kristen masing-masing mengatakan mereka mengalami komentar negatif atau berbahaya, stereotyping dan pengucilan sosial. Namun, Muslim dan Yahudi merasa ditargetkan oleh retorika anti-Islam dan anti-Semit terkait dengan dilihat sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar.
Sementara itu, orang Kristen Evangelis merasa diasingkan ketika mengambil sikap individu berdasarkan pandangan moral mereka. "Kadang-kadang mereka dipanggil 'Ms. Holy' atau 'Holy Roller,' dan banyak orang Kristen evangelis merasa seperti mereka dianggap menghakimi, berpikiran sempit dan/atau sayap kanan," kata Schneider.
Selain itu, rekan penulis Denise Daniels, peneliti utama studi tersebut dan Profesor Kewirausahaan di Wheaton College, Hudson T. Harrison, mengatakan banyak orang Kristen yang disurvei memberikan contoh perasaan terisolasi di tempat kerja.
"Ini karena anggapan rekan kerja mereka tentang jenis percakapan atau acara di luar pekerjaan yang ingin mereka ikuti," katanya.