IHRAM.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania, Abdullah II menggelar pertemuan dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di Amman, pada Selasa (29/3)/2022. Pertemuan Raja Abdullah II dengan Gantz membahas upaya bersama untuk menurunkan ketegangan Israel-Palestina saat bulan suci Ramadhan.
Istana Kerajaan Yordania mengatakan, Raja Abdullah II menekankan bahwa, menjaga ketenangan komprehensif membutuhkan penghormatan terhadap hak umat Islam untuk melakukan ritual keagamaan mereka di Masjid Al-Aqsa.
Sementara pemerintah Israel mengatakan, dalam pertemuan dengan Raja Abdullah II, Gantz membahas langkah-langkah yang direncanakan Israel untuk memungkinkan kebebasan berdoa di Yerusalem dan Yudea dan Samaria. Israel menggunakan nama-nama Alkitab yang mengacu pada wilayah pendudukan di Tepi Barat.
"Pembicaraan mereka berfokus pada tantangan regional dan keamanan," ujar pernyataan Israel, dilansir Aljazeera, Rabu (30/3).
Pernyataan itu tidak merinci langkah yang akan diambil Israel untuk memfasilitasi ibadah umat Muslim di Yerusalem, terutama di kompleks Masjid Al-Aqsha. Kompleks tersebut merupakan titik gesekan antara Palestina dan pasukan Israel, yang dapat memicu konflik lebih luas.
Pada Senin (28/3), Raja Abdullah II melakukan kunjungan langka pada ke wilayah pendudukan Tepi Barat dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Kunjungan raja secara luas dilihat sebagai upaya untuk mencegah gejolak di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebelum Ramadhan, dan liburan Paskah.
Sumber resmi mengatakan kepada Reuters bahwa, Presiden Israel Isaac Herzog dijadwalkan bertemu dengan Raja Abdullah II di Yordania pada Rabu (30/3). Ini akan menjadi kunjungan kenegaraan resmi pertama oleh seorang presiden Israel, sejak kedua negara menandatangani perjanjian perdamaian penting pada 1994.
Israel dan Yordania mempertahankan hubungan keamanan yang erat dan memiliki hubungan diplomatik. Tetapi hubungan keduanya telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, karena ketegangan di tempat-tempat suci di Yerusalem. Termasuk perluasan permukiman Yahudi Israel di wilayah pendudukan, dan kurangnya kemajuan dalam proses perdamaian dengan Palestina.