IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Doktor Arkeologi lulusan Universitas Indonesia (UI), Profesor Ali Akbar dalam Webinar Spesial Ramadhan bertema "Mengenal Peninggalan Arkeologi di Tanah Suci dan Perkembangan Masyarakat Arab Saudi Kontemporer" menjelaskan sejarah Kabah akan sampai ke era Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi.
Prof Ali menjelaskan, Kabah disebut juga Al-Bait yang artinya rumah. Di dalam Alquran (QS Ali Imran: 96) dijelaskan bahwa sesungguhnya rumah ibadah pertama yang dibangun untuk manusia adalah Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Ia menjelaskan, Kabah sebagai rumah ibadah pertama juga diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan Imam Muslim.
"Dalam hadist tersebut, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa Kabah awalnya rumah biasa, kemudian dijadikan rumah pertama yang dibangun untuk beribadah kepada Allah," kata Prof Ali saat menjadi pembicara dalam Webinar Spesial Ramadhan yang diselenggarakan Yayasan Pusaka Luhur Nusantara dan Damarwangi, Jumat (15/4/2022).
Prof Ali dalam penjelasannya mengutip sebuah hadist. Rasulullah SAW pernah ditanya seseorang tentang masjid pertama yang dibangun di muka bumi. Rasulullah menjawab Masjidil Haram. Kemudian orang tersebut bertanya lagi kepada Rasulullah, setelah Masjidil Haram apa lagi. Rasulullah menjawab Masjidil Aqsha. Selanjutnya Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa tadinya Kabah hanya rumah biasa, kemudian menjadi rumah pertama yang dibangun untuk beribadah kepada Allah.
Rasulullah SAW pernah ditanya seseorang, "Masjid apakah yang pertama kali dibangun di muka bumi ini?" Rasulullah menjawab, "Masjidil Haram." Orang tersebut bertanya lagi, "Setelah itu masjid mana lagi?" Rasulullah menjawabnya lagi, "Masjidil Aqsha." Kemudian Ali bin Abi Thalib menambahkan, "Tadinya hanya rumah biasa, namun ia merupakan rumah pertama yang dibangun untuk beribadah kepada Allah." (HR Muslim).
Halaman 2 / 3
Prof Ali menerangkan, di dalam Alquran dijelaskan Kabah sebagai rumah, pusat kegiatan, tempat berkumpul dan tempat yang aman. Sekaligus sebagai kiblat.
Menurut catatannya, pembangunan atau renovasi Kabah dilakukan sebanyak 12 kali. Di antaranya oleh para malaikat, Nabi Adam, Syits anak Nabi Adam, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Al-'Amaliqah, Jurhum, Qushai ibn Qilab, Kaum Quraisy (18 Sebelum Hijriyah), Abdullah ibn Zubair (65 Hijriyah), Hujaj ibn Yusuf (74 Hijriyah), Sultan Murad al-Utsmani (1040 Hijriyah), dan Raja Fahd ibn Abdul Aziz (1417 Hijriyah)
Ia menerangkan, pembangunan pertama dilakukan oleh para malaikat, era ini tidak bisa ditelusuri oleh para peneliti. Kedua, pembangunan dilakukan oleh Nabi Adam. Secara teori masuk akal Nabi Adam membangun Kabah meski sulit dicari buktinya oleh para peneliti.
"Nabi Adam diturunkan dari surga, sebenarnya periodenya muda, karena Nabi Adam diturunkan ke bumi tidak bareng dengan manusia purba," ujar Prof Ali.
Dalam penjelas arkeolog ini, Nabi Adam diturunkan ke bumi ketika manusia sudah mengenal budaya bercocok tanam dan sudah mengenal budaya membangun-bangunan dengan batu-batu besar. Jadi mungkin sekali Nabi Adam dan anaknya Syits membuat permulaan Kabah.
Prof Ali mengungkapkan, memang di era Nabi Adam penjelasannya hanya sedikit, tapi secara budaya bisa dipahami. "Kalau kita menempatkan Nabi Adam di periode yang muda, maka peran Nabi Adam dalam membuat Kabah sangat dimungkinkan," jelasnya.
Selanjutnya Nabi Ibrahim dan Ismail meninggikan pondasi Kabah. Pada masa Nabi Ibrahim, periodenya jauh lebih muda lagi, katakanlah perkiraannya periode 3000 tahun atau 4000 tahun sebelum Masehi.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook