IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Syam menjadi wilayah di luar Arab Saudi yang dipikirkan Nabi Muhammad untuk menerima dakwah Islam. Hal ini dilakukan setelah kembali dari umrati qadza (umroh pengganti), Nabi Muhammad belum merasa perlu tergesa-gesa membebaskan Makkah. Beliau mengetahui soal itu hanya tinggal soal waktu saja, apalagi perjanjian Hudaibiyah baru setahun berjalan.
"Nabi Muhammad orang yang sangat setia tiada sebuah kata yang pernah diucapkan atau perjanjian yang pernah dibuat, akan dilanggarnya," tulis Husen Haekal dalam bukunya 'Sejarah Muhammad'.
Setelah melaksanakan umroh pengganti, Rasulullah bukan mengatur strategi membebaskan Makkah, tapi bagaimana Islam tersebar ke wilayah selain Arab. Daerah luar yang dituju Nabi Muhammad ketika itu adalah Syam.
"Jalur penyebaran dakwah Islam yang pertama setelah keluar dari semenanjung Arab sudah dibayangkannya. Dilihatnya bahwa Syam dan daerah-daerah di dekatnya itu merupakan pintu pertama jalur dakwah itu," katanya.
Oleh karena itu beberapa bulan kemudian sekembalinya dari umrah ia telah mengerahkan tiga ribu orang yang kemudian di Mu’ta berhadapan dengan seratus ribu orang pasukan lawan. Ahli-ahli sejarah masih berbeda pendapat mengenai sebab-musabab terjadinya ekspedisi Mu’ta itu.