IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Saat Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Fitri menandai akhir bulan Ramadhan, bagi Muslim Ukraina itu adalah perayaan yang pahit. Banyak dari mereka yang hanya menghabiskan bulan puasa sebagai pengungsi atau berjuang di garis depan melawan invasi Rusia, hanya untuk berbuka puasa selama jeda perang.
Banyak pengungsi internal di Ukraina, terpisah dari keluarga mereka. Yang lain memeluk Islam di kemudian hari dan terpisah dari keluarga spiritual mereka, komunitas Muslim Kyiv.
Pada Idul Fitri ini , sementara umat Islam merayakan fakta bahwa negara mereka selamat dari invasi Rusia awal, mereka memasuki masa depan yang tidak pasti, tidak yakin di mana mereka akan menghabiskan Ramadhan berikutnya.
Muslim Ukraina
Sebelum pencaplokan Semenanjung Krimea 2014, Muslim terdiri dari sekitar satu persen dari populasi Ukraina. Sementara Kantor Statistik Ukraina tidak memiliki angka yang tersedia, Sheikh Said Ismagilov, mufti, atau pemimpin spiritual Muslim Ukraina, memperkirakan bahwa jumlahnya mendekati satu juta sebelum invasi 2022.
Sebagian besar Muslim Ukraina adalah Tatar Krimea, komunitas asli Semenanjung, dan Muslim lainnya dari bekas Uni Soviet atau Rusia, termasuk Azeri, Uzbek, dan Muslim yang melarikan diri dari Kaukasus Utara dan kekacauan di sana.
Muslim Ukraina juga termasuk mereka yang mungkin dibesarkan dalam keluarga Kristen atau sekuler dan memeluk Islam di kemudian hari. Komunitas ini juga terdiri dari imigran Muslim Arab, Turki, atau Asia Selatan.
Setelah aneksasi Krimea, sebagian besar Muslim Ukraina tinggal di ibu kota Kyiv. Semua Muslim ini berkumpul untuk salat Jumat di Kyiv sebelum perang, dan buka puasa tahun lalu termasuk makanan pembuka dari biryani hingga mansaf Palestina.
Hampir semua Muslim Ukraina telah mengungsi karena perang.