Senin 06 Jun 2022 16:44 WIB

Kisah Mantan Anak Punk yang Kini Naik Haji

Mantan anak punk berbagi kisah naik haji.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
 Fatchul Supriyanto (33 tahun),. Foto:  Kisah Mantan Anak Punk yang Kini Naik Haji
Foto: Dok Republika
Fatchul Supriyanto (33 tahun),. Foto: Kisah Mantan Anak Punk yang Kini Naik Haji

IHRAM.CO.ID,SURABAYA -- Fatchul Supriyanto (33 tahun), jamaah haji embarkasi Surabaya yang tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 3 itu tak pernah menyangka dirinya akan menunaikan Rukun Islam kelima di usia yang relatif muda. Pria kelahiran Lamongan itu bisa menunaikan ibadah haji sebagai ahli waris pengganti bapaknya yang wafat setahun lalu.

Sulung dari dua bersaudara itu mengaku, dapat menunaikan ibadah haji menjadi cambukan besar bagi dirinya untuk bisa berubah menjadi lebih baik lagi baik dalam hal ibadah maupun muamalah lainnya. Apalagi, Fatchul memiliki masa lalu yang kurang baik. Di mana dirinya pernah hidup di jalanan dan bergabung bersama anak punk.

Baca Juga

"Namanya juga usia muda, saya ingin mencari jati diri. Saya ikut bergabung dengan anak punk. Jadi salah pergaulan," kata Fatchul di Surabaya, Senin (6/6/2022).

Sejak dinyatakan sebagai ahli waris pengganti haji, Fatchul mulai mencari kyai dan gus dari kalangan pesantren di daerah Kediri untuk memberinya semangat dalam upaya memperbaiki diri. Gus Rofik Kediri disebutnya ssbagai salah satu Gus yang menjadi rujukan Fatchul untuk memperbaiki diri.

"Pesannya, lebih baik menjadi mantan preman, daripada menjadi mantan ustad," ujar Fatchul.

Pria yang kini bertugas sebagai anggota TNI AD itu mengaku sempat merasakan ketakutan dalam dirinya akan dosa-dosanya di masa muda. Ketakitan tersebut muncul lantaran Fatchul sering mendengar, apa yang dikerjakannya di masa lalu akan mendapat balasan saat beekunjung ke Mekkah.

Pria yang baru dua tahun melepas lajangnya itu pun menceritakan kelamnya kehidupan di masa lalu. Selepas menamatkan pendidikan di SLTA, Fatchul malah bergabung dengan anak-anak punk yang ada diwilayahnya. Meskipun bergabung dengan kelompok anak jalanan, Fatchul bersyukur dirinya dulu tidak sampai menindik, mentato bagian dari tubuhnya, atapun mencicipi narkoba.

Kehidupannya bersama anak punk, diakuinya di luar sepengetahun kedua orang tuanya. Baginya, pantang membuat kedua orang tua yang ia sayangi merasa sedih dengan kehidupan yang ia jalani saat itu. "Waktu itu, bapak ibu saya tidak tahu dengan kehidupan yang saya jalani. Apalagi bapak saya pas jadi TKI di Malaysia," kata Fatchul yang saat ini berdinas di Kabupaten Kediri.

Menghabiskan masa mudanya bersama teman punk, akhirnya berdampak pada kehidupan ritualnya. Fatchul mengaku sering meminum minuman keras. Ia juga mengaku sering meninggalkan Sholat lima waktu. Meski demikian, ia mengaku tidak pernah meninggalkan Sholat Jumat.

"Satu kali pun saya gak pernah meninggalkan Sholat Jumat, karena itu harga diri seorang laki-laki," ujarnya.

Semakin lama bergabung dengan anak-anak punk, Fatchul semakin merasakan kehampaan dalam dirinya. Setahun berikutnya ia ikut bersama pamannya untuk berjualan tahu campur di Kota Surabaya. Di Kota Pahlawan ini lah, Fatchul bertemu dengan seorang TNI yang akhirnya mengantarkan ia menjadi seorang abdi negara.

Dari sana lah Fatchul semakin giat memperbaiki dirinya. Fatchul berharap, melalui perjalanan ritual yang akan dijalaninya, bisa makin memantapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. "Sebelum terdaftar ahli waris pengganti haji, sholat saya masih sering bolong. Sekarang saya berusaha sholat lma waktu tepat waktu," ujar Fatchul.

Di tempat mustajabah Makkah Madinah nanti, Fatchul ingin mendoakan sang bapak yang telah meninggal dunia mendahuluinya. Ia juga menyatakan keinginannya dikarunia anak yang belum ia dapatkan di dua tahun pernikahannya tersebut.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement