Kamis 30 Jun 2022 20:28 WIB

Tingkatkan Layanan Masyair Saat Puncak Haji

Sarana saat puncak haji mesti diperhatikan.

Rep: Achmad Syalabi Ichsan/ Red: Muhammad Hafil
Tingkatkan Layanan Masyair Saat Puncak Haji. Foto:   Penampakan hamparan karpet dan sisa tenda jamaah haji di  Arafah dari udara, Senin (12/8). Pergerakan manusia di Makkah, Mina dan Arafah selama pelaksanaan ibadah haji tecatah sebagai yang termasif di dunia. Jutaan manusia bergerak dari dan ke tiga tempat ini hanya dalam waktu 2-3 hari
Foto: Amr Nabil/AP
Tingkatkan Layanan Masyair Saat Puncak Haji. Foto: Penampakan hamparan karpet dan sisa tenda jamaah haji di Arafah dari udara, Senin (12/8). Pergerakan manusia di Makkah, Mina dan Arafah selama pelaksanaan ibadah haji tecatah sebagai yang termasif di dunia. Jutaan manusia bergerak dari dan ke tiga tempat ini hanya dalam waktu 2-3 hari

IHRAM.CO.ID,0MAKKAH -- Wakil Ketua Komisi 8 DPRRI Diah Pitaloka meminta agar layanan masyair bagi jamaah haji Indonesia menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan MIna (Armuzna) untuk ditingkatkan. Diah menjelaskan, harus ada realisasi anggaran tambahan Rp 1,5 triliun yang diketok menjelang pemberangkatan pertama jamaah haji ke Tanah Suci. 

“Sebenarnya kita agak khawatir dengan kesiapan panitia di Saudi ini terutama terkait dengan fasilitas di Arafah,”ujarnya saat meninjau fasilitas bagi jamaah haji Indonesia di Armuzna, Arab Saudi, Kamis (30/6/2022). 

Baca Juga

Beberapa poin yang menjadi catatan Diah yakni seputar sarana dan prasarana di Arafah. Dia mengungkapkan,  saluran air untuk keperluan buang air jamaah belum sepenuhnya terpasang. Ukuran kasur busa untuk jamaah juga tidak standar.  

Sementara itu, Ketua Tim Rombongan DPR RI Abdul Wachid meminta agar sarana dan prasarana di Armuzna agar segera diperbaiki. Menurut dia, persiapan terbilang belum maksimal. Padahal, dia menjelaskan, waktu pelaksanaan Armuzna tinggal tujuh hari. “Seharusnya tadi kami mendapatkan contoh tenda yang sudah jadi,”jelas dia. 

Ketua Satuan Operasi Armuzna PPIH Arab Saudi Nasrullah Jasam menjelaskan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan perwakilan dari syarikat terkait  layanan masyair yang akan didapatkan oleh jamaah. Dia meminta agar kenaikan harus sesuai dengan fasilitas yang sudah disepakati.  

Di dalam kesepakatan, ujar dia, luas tenda yang didapatkan jamaah memang lebih luas. Meski hal tersebut terkesan normal mengingat jumlah jamaah haji tahun ini jauh berkurang hingga 47 persen.

Untuk fasilitas kasur pun baru ada pada tahun ini. Pihak syarikat juga menyiapkan kamar mandi portable dengan rasionalisasi jumlah jamaah yang lebih baik. “Jika dibandingkan di Mina memang lebih baik (di Mina),”ujar dia.  

Menurut Nasrullah, pihaknya pun sudah ditunjukkan contoh tenda untuk jamaah yang akan digunakan di Arafah. Di tenda tersebut, ujar dia, ada kasur, karpet, penyejuk udara (AC) yang saat dicoba sudah dingin.  

Dia menjelaskan, pihak syarikat memiliki pertimbangan sendiri untuk menyiapkan layanan di Arafah.

Dia mencontohkan, jika  karpet dan kasur sejak sekarang disiapkan di Arafah maka akan kotor. Sementara, jamaah harus mendapatkan pelayanan yang nyaman saat waktu Armuzna.

Karena itu, persiapan layanan masyair baru maksimal saat  sudah benar-benar mendekati puncak haji. “Tapi kami pun tidak bisa menerima apa adanya akan terus kami cek. Dan mereka berjanji tanggal 5 Dzulhijjah bisa dicek kembali seperti apa progresnya,”ujar dia.  

Menurut Nasrullah, kenaikan untuk layanan masyair pada musim haji tahun ini dialami seluruh kantor misi haji, termasuk Indonesia. Dia bahkan mengungkapkan, angka yang ditawarkan oleh pihak syarikat lebih tinggi ketimbang angka saat ini. Dengan proses lobi, menurut Nasrullah, pihak syarikat mau menerima angka yang disepakati sekarang. 

Nasrullah pun membandingkan biaya untuk jamaah haji domestik yang lebih tinggi ketimbang ongkos haji jamaah Indonesia. Jika ongkos haji jamaah Indonesia hanya mencapai kisaran Rp 39 juta, tarif termurah haji domestik ada di kisaran 10.800 Riyal atau sekitar Rp 40 juta. Dengan nilai tersebut, mereka hanya bisa menikmati layanan haji selama kurang lebih sepekan dari 5-12 Dzulhijjah.

Mereka pun diharuskan mengambil nafar awal (10-12 Dzulhijjah), tidak seperti jamaah Indonesia yang bisa mengambil nafar tsani (10-13 Dzulhijjah).“Mereka juga tidak mendapatkan ziarah. Tidak ke Madinah seperti apa yang didapatkan jamaah kita,”ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement