Selasa 05 Jul 2022 09:44 WIB

Keramahtamahan Menyambut Jamaah Haji dari Zaman ke Zaman

Semangat melayani jamaah haji adalah untuk menyenangkan Allah.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi. Beberapa hari menjelang puncak haji suasana sholat berjamaah di Masjidil Haram di malam hari dipadati ratusan ribu jamaah. Keramahtamahan Menyambut Jamaah Haji dari Zaman ke Zaman
Foto:

Penguasa Muslim yang melayani peziarah

Peziarah akan berkumpul di ibu kota Suriah, Mesir, dan Irak untuk pergi ke Makkah dalam kelompok dan karavan yang terdiri dari puluhan ribu peziarah. Tanggung jawab menyediakan perlindungan negara untuk mengatur kafilah haji tersebut diberikan kepada komandan yang dikenal sebagai Umara' al-Hajj. Dia bertugas melindungi para peziarah dan mengamankan dana dan persediaan untuk perjalanan tersebut.

Khalifah Haaroon Ar-Rasyid adalah pelindung besar para ulama dan mendirikan naungan bagi para ulama di atap Masjidil Haram. Sedangkan istrinya juga banyak berkontribusi untuk pembangunan  dan memberikan kemudahan bagi para peziarah.

Istrinya Zubaydah binti Ja'far, memiliki jalan sepanjang 900 mil yang dibangun dari Koofah ke Makkah yang disebut Darb Zubaydah (Jalan Zubaydah) pada 780 M. Darb Zubaydah merupakan salah satu rute paling awal yang dibuat khusus untuk peziarah.

Kemudian ia yang prihatin kepada peziarah miskin yang bepergian dengan berjalan kaki lalu menambahkan sembilan stasiun perhentian baru dengan interval yang nyaman antara stasiun yang ada. Ada total 54 perhentian untuk mereka beristirahat. Semua stasiun baru memiliki kolam, tempat berteduh, dan bahkan sebuah masjid kecil.

Setelah menyaksikan penderitaan para peziarah miskin yang harus membayar satu dirham untuk sebotol kecil air, dia juga menggali serangkaian sumur dan saluran di sepanjang rute haji dari Wadi Nu'man ke Makkah. Sumur-sumur ini lantas disebut 'Ayn Zubaydah, dibangun dengan perkiraan biaya 54 juta dirham, yang sebagiannya masih dapat dilihat hingga hari ini.

Ibnu Jubayr yang melakukan perjalanan dari Andalusia ke Makkah mengatakan para peziarah menuangkan air yang mereka miliki dan mengambil air yang baik ini, dan sangat bersukacita atas kelimpahannya. “Orang-orang bersukacita dan mandi di dalamnya dan mencuci pakaian mereka. Bagi mereka itu adalah hari istirahat dalam perjalanan, suatu karunia yang dianugerahkan oleh Tuhan.”

photo
Jalur Zubaida di Arab Saudi dulunya merupakan jalur perdagangan umum di era pra-Islam. Selanjutnya, rute tersebut dimanfaatkan oleh jamaah haji setelah penyebaran Islam. - (SPA)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement