Saat ini, mereka menawarkan karya tablo kecil dengan harga 100 pound Mesir (sekitar 5 dolar AS). Pesanan dengan ukuran besar akan disesuaikan harganya menjadi beberapa ribu dolar, seperti replika pintu Ka'bah, yang dengan bangga diklaim oleh Othman tidak dapat dibedakan dari aslinya di Makkah.
Dengan munculnya pandemi Covid-19, keluarga itu tidak kebal terhadap gejolak ekonomi yang menghancurkan usaha kecil dan kerajinan di Mesir. Sejak awal 2020, mereka hanya mampu menjual sekitar dua potong per bulan, padahal sebelumnya bisa menjual setidaknya satu permadani sehari.
Othman khawatir keputusan "penghematan di seluruh dunia" membuat bisnis tidak mungkin bangkit kembali. Saat ini, kemungkinan hanya ada selusin pengrajin yang karyanya dianggap otentik, dengan banyak pengrajin lainnya meninggalkan pekerjaan ini untuk arus kas yang lebih cepat.
“Mereka dapat menghasilkan 200 hingga 300 pound sehari (10-16 dolar AS) dengan mengendarai becak bermotor tuktuk, atau minibus. Mereka tidak akan duduk di alat tenun dengan sakit punggung sepanjang hari," ujar dia.
Hingga saat ini, terhitung sudah satu setengah abad sejak kakek buyutnya memilih meninggalkan negara asalnya di Turki dan membawa kerajinan itu bersamanya ke Mesir. Othman mengatakan dia akan tetap setia pada teknik yang dipelajari sebagai seorang anak ketika dia akan keluar dari sekolah, untuk melihat ayahnya bekerja.
“Adalah tugas kita untuk menjunjung tinggi kerajinan itu dengan cara yang sama seperti kita mempelajarinya, jadi itu otentik dengan warisan yang kita warisi,” katanya.