Ahad 10 Jul 2022 13:06 WIB

Kurban Wujud Kesholehan Sosial

Kurban Wujud Kesholehan Sosial

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
 Kurban Wujud Kesholehan Sosial. Foto:  Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Adha 1443 Hijriah di Jakarta Internatioanl Stadium, Ahad (10/7/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan Shalat Idul Adha sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Kurban Wujud Kesholehan Sosial. Foto: Umat Islam melaksanakan Shalat Idul Adha 1443 Hijriah di Jakarta Internatioanl Stadium, Ahad (10/7/2022). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan Shalat Idul Adha sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Prayogi/Republika

IHRAM.CO.ID,SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut, melaksanakan ibadah kurban pada perayaan hari raya Idul Adha merupakan bentuk tanda syukur atas nikmat Allah SWT. Inti dari ibadah kurban, kata dia, adalah keikhlasan dan ketaqwaan. Selain itu, kata Khofifah, kurban adalah momentum untuk memperkuat jiwa kemanusiaan dengan saling memberi, berbagi, tolong menolong, dan menebar manfaat dari individu kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Ini wujud kesholehan sosial," kata Khofifah melalui siaran tertulisnya, Ahad (10/7/2022).

Baca Juga

Menurut Khofifah, di tengah upaya kebangkitan ekonomi dan sektor lainnya yang sempat dihantam pandemi Covid-19, berkurban akan sangat bermakna dan berarti. Tidak hanya bagi kaum dhuafa, tapi juga bagi para peternak sapi, kambing, dan domba yang tengah berupaya bangkit dari hantam pandemi selama dua tahun terakhir. Terlebih, pada kurban tahun ini pemerintah telah memberi kelonggaran terhadap berbagai aktivitas masyarakat. 

"Pandemi Covid-19 punya pengaruh dahsyat ke berbagai sektor terutama sektor perekonomian. Untuk itu diperlukan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak dalam mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi," ujarnya.

Khofifah mengungkapkan, dalam setiap peringatan Idul Adha, manusia diperingatkan agar rela berkorban seperti kisah Nabi Ibrahim AS yang diminta untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail AS dengan cara menyembelihnya. Kurban yang dimaksud untuk menakar derajat keimanan dan ketakwaan karena pada dasarnya digantikan dengan domba.

“Sikap Nabi Ibrahim tersebut tidak hanya bermakna kepatuhan seorang hamba, namun juga kepasrahan dan keikhlasan dalam menerima ketetapan Allah SWT," ujarnya. 

Dalam konteks kekinian, lanjut Khofifah, makna berkurban menjadi sangat luas dan menjadi modal untuk menggapai sesuatu. Karenanya, Khofifah mengajak semua umat Islam untuk memaknai momentum Idul Adha sebagai cerminan perilaku umat yang sesungguhnya. Yakni pengorbanan dalam segala hal dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lalu, Ikhlas dalam mengorbankan sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah. 

"Seorang pelajar harus mengorbankan waktu untuk belajar agar mendapat nilai yang baik. Seorang pelayan publik, harus mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk melayani masyarakat. Pengorbanan yang sebenarnya harus disertai keikhlasan," kata Khofifah.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement