IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Setiap jamaah haji Indonesia mendapat pengembalian uang saku atau living cost sebesar 1.500 riyal atau setara Rp 6 juta. Uang tersebut diberikan saat jamaah tiba di asrama haji, menjelang keberangkatan ke Tanah Suci.
Lantas, digunakan sebagai apa uang saku tersebut? Seorang jamaah asal Demak, Jawa Barat, Yaqub, berbagi cerita uang yang diterima itu dimanfaatkan untuk membayar dam (denda) dan berkurban saat berada di Tanah Suci.
Pria yang berangkat bersama istrinya ini juga memanfaatkan uang saku untuk keperluan tambahan beli oleh-oleh keluarganya di kampung.
“Selain buat bayar dam, sama qurban, juga kita manfaatkan buat oleh-oleh saat kembali ke rumah,” ujar dia dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Ahad (24/7/2022).
Jamaah asal Majalengka Jawa Barat, Uhat Suhatma, juga membagikan cerita yang sama. Pengembalian uang saku tersebut dimanfaatkan untuk keperluan bayar dam dan berkurban saat di Makkah
Hal yang senada pun disampaikan Huda Arifin. Jamaah asal Jakarta Timur ini mengaku uang tersebut digunakan untuk membeli kambing beribadah kurban dan bayar denda (dam). Sebab, dia bersama istrinya Rach Alida Bahaweres malakukan haji tamatu.
“Sebesar 600 riyal untuk dam haji tamatu, 700 riyal untuk berqurban untuk seekor, kebetulan aku sama istriku berkurban kemarin,” katanya.
Di sisi lain, jamaah asal Pati Jawa Tengah, Aslam, menyebut dia dan istrinya menggunakan uang tersebut untuk keperluan bayar dam dan dan berkurban. Bahkan, menurut jamaah yang mempunyai usaha Gerai Sate Kambing ini uang sakunya masih sisa.
“Aku bayar qurban limangatus (500-red), wedus limangatus, bayar dam wolongatus. Jadi iseh sisa rongatus,” ucap dia dalam bahasa Jawa.
Jamaah lainnya, Muhammad Julung Prastiono, asal Tulungagung Jawa Timur menyebutkan pelayanan, fasilitas dan konsumsi yang disediakan panitia haji kepada jamaah melimpah dan lebih dari cukup.
"Dari penyambutan di bandara, hotel, makanan. Semuanya top markotop. Saya berharap meski tahun depan mungkin kuota ditambah, layanan kalau bisa bertahan seperti ini atau lebih baik," lanjutnya.
Sebagai pecinta kuliner, Julung mengaku uang saku yang dia terima mayoritas dihabiskan buat wisata kuliner. Dia mengaku tertarik mencicipi berbagai makanan berbeda selama di Arab Saudi.
"Soal uang saku, namanya kita seneng kuliner, jadi uangnya dipakai buat beli kuliner macam-macam. Kalau makan kebulinya sepekan sekali, cukuplah sebab kalau setiap hari pagi dan sore, kurang (uangnya)," ujar dia sembari tertawa.