IHRAM.CO.ID,BAGHDAD -- Otoritas Suriah telah memulangkan 50 tahanan ISIS dari negara mereka ke Irak, Sabtu (13/8/2022). Penyerahan tahanan dilakukan di perbatasan Rabia di provinsi Nineveh, Irak Utara.
"Melalui kesepahaman dan kesepakatan bersama, Irak menerima 50 anggota ISIS, yang merupakan warga negara Irak, dari pihak Suriah," kata Security Media Cell (SMC), media yang berafiliasi dengan angkatan bersenjata Irak, lewat akun Twitter-nya.
Juru bicara Komando Operasi Gabungan Irak Tahsin al-Khafaji mengonfirmasi tentang penyerahan 50 tahanan ISIS dari Suriah tersebut. "Beberapa tahanan adalah pemimpin lokal ISIS dan bertanggung jawab atas serangan teroris," ujar al-Khafaji.
Menurut SMC, Badan Intelijen dan Investigasi Federal Kementerian Dalam Negeri Irak bakal menginterogasi para tahanan ISIS tersebut. Setelah itu, mereka akan menjalani proses hukum.
Itu bukan pertama kalinya Irak menerima tahanan ISIS dari Suriah. Sebelumnya Irak sudah beberapa kali menerima sekelompok warganya yang ditangkap Suriah karena bergabung dengan ISIS.
Pada Januari lalu, Pemerintah Irak dilaporkan memulangkan 111 keluarga dari warganya yang terkait ISIS. Mereka sebelumnya tinggal di kamp yang dikelola kelompok Kurdi di Suriah utara. Setelah dipulangkan, otoritas Irak membawa mereka ke kamp Al-Jadaa. Sejak Mei 2021, setidaknya 339 keluarga yang terkait dengan kelompok ekstremis ISIS telah dipindahkan dari kamp Al-Hol di timur laut Suriah ke Al-Jadaa. Kamp tersebut turut menampung sekitar 7.500 pengungsi internal.
Langkah Pemerintah Irak memulangkan keluarga dari para terduga atau anggota ISIS telah menimbulkan kekhawatiran di antara penduduk. Mereka cemas ISIS dapat bangkit lagi dan kembali melancarkan aksi-aksi teror. Irak diketahui telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS pada akhir 2017. Pasukan mereka, dibantu koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS), berhasil membunuh, menangkap, dan mengusir para anggota ISIS dari semua daerah perkotaan.
Pada Desember tahun lalu, Pemerintah Irak mengumumkan rencana mereka untuk menutup Al-Jadaa, kamp terakhir yang menampung pengungsi di Irak, di luar wilayah otonomi Kurdistan. Namun rencana itu ditolak dan ditentang masyarakat, khususnya penduduk lokal. Mereka tidak menghendaki ada keluarga dari anggota atau terduga ISIS di lingkungannya.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, sekitar 6 juta warga Irak mengungsi selama ISIS menguasai negara tersebut. Sekitar 1,2 juta di antaranya masih belum bisa pulang, termasuk lebih dari 100 ribu yang tinggal di luar kamp di “tempat informal”.