IHRAM.CO.ID, Sebelum disebut Baghdad, kota bersejarah ini dikenal dengan nama Kota Lingkar. Berdirinya Kota Lingkar merupakan simbol kemajuan dalam sejarah desain perkotaan. Kota yang berbentuk seperti labirin bundar itu pun segera menjadi kiblat dari peradaban dan kebudayaan dunia pada masanya.
Al-Mansur adalah tokoh yang berada di balik pembangunan Kota Lingkar ini. Banyak penelitian menyebut al-Mansur sempat menyusuri tepian Sungai Tigris untuk menemukan lokasi yang pas dan strategis untuk membangun kotanya. Menurut sejarawan dan pakar geografi Arab abad kesembilan sekaligus penulis buku The Book of Countries, Yaqubi, al-Mansur akhirnya memilih daerah tepi Sungai Tigris yang berdekatan dengan Efrat sebagai lokasi pembangunan Kota Lingkar.
Lokasi itu dipilih karena berpotensi menjadikan Kota Lingkar sebagai persimpangan dunia. Setelah lokasi didapatkan, al-Mansur mulai berpikir tentang bentuk yang akan ditampilkan pada kota ini. Akhirnya ia memilih bentuk lingkaran sempurna.
Menurut Yaqubi, dipilihnya lingkaran sebagai bentuk kota memiliki makna tersendiri. Ia mengungkapkan, al-Mansur memang mengagumi dan telah mempelajari ajaran geometris Euclid. "Bentuk lingkaran merupakan penghargaan darinya untuk ajaran tersebut," ucapnya, seperti dilansir The Guardian, belum lama ini.
Pada 30 Juli 762, pembangunan Kota Lingkar pun dimulai. Berdasarkan keterangan sejarah, tanggal tersebut merupakan hasil perhitungan para astrolog kerajaan. Kala itu, mereka menilai tanggal yang mereka pilih merupakan waktu yang tepat untuk memulai proses pembangunan sebuah kota.
Al-Mansur, sebagai khalifah pada masa itu, menyepakati usulan para astrolognya. Setelah tanggal ditetapkan, ia pun memanjatkan doa kepada Allah SWT pada upacara peletakan batu pertama yang diikuti seluruh pekerja kerajaan yang akan menuntaskan pembangunan kota tersebut.
Satu per satu bangunan didirikan di kota berdiameter 6,5 kilometer ini. Bagian bangunan yang paling mencolok adalah tembok terluar Kota Lingkar yang menjulang dan diperkirakan mencapai ketinggian 25 meter. Pada puncak tembok tersebut bertengger benteng yang saling mengapit.
Tembok raksasa itu pun dikelilingi oleh parit buatan yang memisahkan Kota Lingkar dengan daratan di seberangnya. Menurut ahli sejarah abad ke-11, al-Khatib al-Baghdadi, sekitar setengah juta batu bata disusun sedemikian rupa untuk mengokohkan tembok terluar Kota Lingkar.
"Terlepas dari hal itu, desain maupun konstruksi Kota Lingkar merupakan sumber informasi untuk sejarah pembangunan kota," ucap al-Baghdadi.
Kota Lingkar memiliki empat gerbang utama, yakni gerbang Kufah, Basra, Syam (Suriah), dan Khurasan. Gerbang Kufah dan Basra yang masing-masing membentang dari selatan ke barat dan dari selatan ke timur merupakan gerbang yang membuat situs Kota Lingkar menarik. Sebab, kedua gerbang tersebut menghadap ke arah kanal Sarat, yang merupakan jaringan saluran air. Dari kedua gerbang itu, air dari Sungai Efrat mengalir ke Sungai Tigris.
Pada masa itu, sistem drainase Kota Lingkar terbilang sangat maju. Dengan pengaturan demikian, Kota Lingkar tidak hanya akan terhindar dari banjir, tetapi kebutuhan masyarakat terhadap air pun senantiasa terpenuhi.
Berbeda dengan gerbang Kufah dan Basra, gerbang Syam yang terhampar dari utara ke barat mengarah ke Anbar, Suriah. Sementara, gerbang Khurasan merupakan gerbang yang paling berdekatan dengan tepi Sungai Tigris.