Selasa 06 Sep 2022 21:12 WIB

Syekh asy-Sya'rawi Pemimpin Para Dai

Syekh Mutawalli merupakan pribadi yang tekun.

(ilustrasi) kompleks Universitas al-Azhar Kairo
Foto:

Tiga tahun lamanya asy-Sya'rawi menimba ilmu di kampus terhormat itu. Se ama menjalani status sebagai mahasiswa, dia juga ikut dalam pergerakan antikolonial dan diskusi-diskusi politik. Konteks situasi Mesir pada dasawarsa 1930-an cukup hangat soal kedaulatan nasional terhadap kepentingan-kepentingan Barat, utamanya Inggris Raya. Hingga tahun 1952, Mesir merupakan wilayah protektorat di bawah Inggris Raya.

Asy-Sya'rawi mendapatkan gelar sarjana dari Universitas al-Azhar pada 1941. Setelah itu, dia menempuh pendidik an master tiga tahun lamanya. Akhirnya, dia berhak memperoleh sertifikat izin mengajar. Sebagai guru, asy-Sya'rawi mengamalkan ilmunya di tiga kota, Thanta, az-Zaqaziq, dan Iskandariah. Pada 1950, dia berkesempatan hijrah ke Universitas Ummul Qura, Makkah. Sepuluh tahun lamanya dia mendalami dan mengajarkan ilmu syariah di sana.

Pada 1960, Institut Tanta Azhary mendaulatnya sebagai direktur. Baru satu tahun bekerja, Pemerintah Mesir memanggilnya untuk menjalani tugas sebagai inspektur bidang peningkatan pengetahuan pada Kementerian Wakaf. Waktu itu, hubungan bilateral Mesir dengan Arab Saudi sedang memburuk.

Pada 1963, asy-Sya'rawi kembali ke dunia kampus dengan menduduki jabatan direktur pada kantor Rektor Universitas al-Azhar, Syekh Husain Ma'mun. Namanya mulai dikenal sebagai salah satu akademisi andal dari Universitas al-Azhar. Dalam kapasitas demikian, pihak kampus tersebut mengutusnya sebagai duta ke Aljazair.

Tujuh tahun lamanya asy-Sya'rawi tinggal di negara tersebut. Saat menetap di Aljazair, Perang Enam Hari pecah antara negara-negara Arab dan Israel. Asy-Sya'rawi mengkritik tajam kekalahan per sekutuan militer Arab itu. Menurutnya, Mesir harus terlebih dahulu membersihkan negerinya dari anasir-anasir komunisme serta di saat yang sama, menjalankan prak tik-praktik Islami di pemerintahan.

 Begitu kembali ke Mesir, posisi kepala kantor Departemen Urusan Agama untuk Provinsi Gharbiyah telah menantinya. Dalam pada itu, hubungan bilateral Mesir-Arab Saudi mulai membaik. Imbasnya bagi asy-Sya'rawi, dia diperkenankan untuk kembali mengajar di negeri kelahiran Rasulullah SAW itu. Kali ini, Universitas King Abdul Aziz menjadi tempatnya ber kiprah. Pada 1972, dia menjadi dekan di salah satu departemen pada kampus tersebut.

Empat tahun kemudian, perdana menteri Mesir saat itu, Mamduh Salim, mendaulatnya untuk mengisi jabatan menteri bidang wakaf. Kementerian ini juga berfungsi untuk memelihara kelangsungan Universitas al-Azhar.

Dengan begitu, tidak bisa dikatakan bahwa Syekh Mutawalli asy-Sya'rawi meninggalkan sepenuhnya dunia akade misi. Dia menjalani posisi tersebut hingga Oktober 1978. Salah satu warisan kiprahnya di pemerintahan adalah cikal bakal berdirinya bank syariah pertama di Mesir pada 1979, Faisal Islamic Bank. Setelah menjadi menteri, asy- Sya'rawi melanjutkan pekerjaannya sebagai profesor di Universitas King Abdul Aziz hingga tahun 1981. 

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement