IHRAM.CO.ID, Oleh: Abdul Rosyid
Kita sudah memahami betapa mulianya bangun di akhir malam untuk mendekat kepada-Nya, bermunajat dalam shalat Lail, mengiba memohon ampunan atas tak terhingganya maksiat yang kita lakukan, membaca kalam suci-Nya dengan penuh penghayatan, dan juga memohon segala kebaikan dari-Nya. Lantas, setelah mengetahui semua ini, mengapa tidak kita lakukan dengan rutin?
Kita mengerti bahwa shalat 5 waktu, keutamaannya yang paling utama bagi laki-laki, terletak pada jamaah di masjid pada awal waktu. Mengapa shalat jamaah yang sangat banyak keutamaannya ini tidak selalu kita buru?
Kita mengetahui bahwa puasa memiliki keistimewaan derajat di sisi-Nya, sehingga Dia berfirman dalam hadis qudsi, "Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang memberikan balasan puasa itu". Lantas, mengapa tidak kita tambah keistimewaan itu di luar Ramadhan? Padahal Rasulullah mencontohkan dengan puasa senin kamisnya, dan hari-hari lainnya.
Kita juga memiliki ilmu bahwa yang disesali para mayit di kuburnya adalah kurangnya sedekah, hingga mereka berandai, jika mendapatkan penundaan kematian beberapa waktu, niscaya akan bersedekah dan termasuk ke dalam orang-orang saleh. Lalu, apa yang menghalangi kita untuk memperbanyak sedekah kita? Mengapa tidak kita lakukan dengan penuh kesadaran dan kegembiraan?
Kita pun tahu, bahwa bacaan Alquran itu, kelak menjadi syafaat kita di hadapan Allah Ta'ala. Mengapa tidak kita perbanyak tilawah kita? Mengapa pula tidak kita perbanyak hafalan kita, agar di dada ini semakin banyak tersimpan kalam suci-Nya? Mengapa pula telinga ini hanya sedikit mendengar lantunan keindahan bait-baitnya?
Kita juga sudah mengetahui keutamaan menjaga amarah. Allah akan menahan siksa-Nya, bagi orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan mengendalikan emosinya. Lantas, mengapa kita justru berbuat sebaliknya? Mengapa tidak kita paksa emosi ini agar mengarah kepada ridha-Nya?
Setiap kita mendapat karunia 1.440 menit dalam sehari semalam. Berapa menitkah setiap harinya yang kita sia-siakan untuk perkara yang tidak bermanfaat? Mengapa tidak kita catat kekufuran kita setiap hari dalam menyia-nyiakan menit-menit itu? Menit menjadi jam, jam menjadi hari, hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, dan bulan pun menjadi tahun. Jangan-jangan, sudah bertahun-tahun dari nikmat usia kita saat ini, jika diakumulasi, telah kita sia-siakan.
Mengapa itu tidak kita mohonkan ampunan? Dan mengapa pula tidak segera kita ubah pola hidup yang menyia-nyiakan sebagian menit-menit kita itu? Hidup adalah nikmat. Namun hidup adalah juga amanat. Belum tibakah saatnya bagi orang-orang yang beriman, untuk selalu tunduk dan patuh dalam totalitas penghambaan kepada-Nya?
Ya Allah, sungguh kami ini lemah, maka kuatkanlah kami. Dan sungguh kami ini hina, maka muliakanlah kami. Amin. n