IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Orang Arab Saudi terkenal royal soal menjamu tamu-tamunya untuk makan. Namun hal ini berbeda ketika muakalah jual beli, orang Arab pasti akan mempertahankan harga yang ditawarkannya.
"Uniknya, orang Arab jika urusan berbisnis, negoisasinya sangat alot," cerita Nasrullah Jassam dalam bukunya " Catatan Pelayan Tamu Allah".
Cerita ini, Nasrullah Jasam alami ketika bergabung di tim penyediaan akomodasi haji. Kata dia, berbeda beberapa real saja, negosiasinya bisa berjam-jam.
"Akan tetapi jika urusan menjamu mereka sangat royal sekali," katanya.
Pernah suatu kali setelah berjam-jam melakukan negoisasi harga dengan salah seorang pemilik hotel, akhirnya dicapailah harga yang disepakati. Tiba-tiba di saat operasional haji pemilik hotel tersebut malah memberikan makan cuma-cuma sehari dua kali makan siang dan malam gratis selama jamaah haji berada di hotelnya dan jumlahnya tidak main-main banyak 5.000 orang.
"Di saat negoisasi mati-matian mempersoalkan harga yang hanya 5-10, tetapi setelah deal malah memberikan makan gratis. Karena prinsip mereka business is business, shadaqa is shadaqah," katanya.
Di sebelah kantor Daker Makkah ada Madrasah tasnawiyah singkatan Madrasah Aliyah atau SMU yang setiap musim Haji selalu memberikan jamuan makan bagi jamaah haji Indonesia yang tinggal di hotel-hotel sekitar tersebut. Biasanya disaat pembukaan, pimpinan PPIH selalu diundang untuk memberikan sambutan.
"Kebetulan pada tahun 2017 saya sendiri yang hadir di acara pembukaan tersebut," katanya.
Pimpinan madrasah memberitahu kepadanya, bahwa jamuan makan untuk jamaah haji merupakan program rutin setiap tahun. Mereka menyediakan makan selama kurang lebih seminggu untuk 1.500 jamaah, dengan rincian 500 orang untuk makan pagi, 500 orang untuk makan siang, dan 500 orang untuk makan malam.
Nasrullah Jassam mengatakan, tradisi menjamu bangsa Arab sudah berlangsung sejak lama, sejak ribuan tahun yang lalu. Hasyim, kakek Rasulullah SAW adalah orang yang pernah memberikan makan penduduk ahli Makkah disaat kota Makkah di landa kelaparan.
"Ia berinisiatif pergi ke Syam untuk membeli gandum dan setibanya di Makkah yang menyembelih sekian banyak sembelihan dan mengolah gandum tersebut menjadi roti lalu dibagi-bagikannya kepada khalayak," katanya.
Sejak saat itu Ia dikenal dengan nama Hasyim padahal nama asli beliau adalah Amru sebagaimana disebutkan dalam Kitab al-Barzanji:
"Dan setelah itu aku berkata Ia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muthalib yang nama aslinya adalah syaibah al-hamd yang terpuji budi pekertinya yang luhur anak. Hasyim yang nama aslinya Ambru, anak Abdi Manaf..."
Karena Hasyim adalah gelar yang secara harafiah bermakna menghancurkan roti dan mencampurnya dengan kuah daging sehingga siap untuk dimakan. Kakek ketiga Nabi Muhammad SAW Abdul Manaf juga merupakan orang yang diberi tugas oleh ayahnya Qushoi bin khilab untuk memberikan makanan berupa (rufadah) dan minum (siqayah) kepada jamaah haji.