IHRAM.CO.ID, Oleh: Abdul Muid Badrun
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), ego diartikan sebagai konsepsi individu tentang diri sendiri. Artinya, ego itu terkait dengan semua yang bertujuan untuk menonjolkan diri, untuk kepentingan diri sendiri, dan tidak peduli orang lain di luar dirinya.Orangnya disebut egois.
Dengan bahasa lain, tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain itu masuk ranah egois namanya. Ini berlaku di semua konteks kehidupan kita sehari-hari.
Harus diakui, semua manusia pasti pernah menjadi egois. Namun, dalam praktiknya terkadang kita tidak sadar dalam melakukannya. Menurut sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Jarir ath- Thabari, demikian juga riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterima dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pun pernah egois.
Namun, Allah ingatkan dengan turunnya ayat Alquran. Diceritakan, Rasulullah menghadapi beberapa orang terkemuka Quraisy, yaitu Utbah bin Rabi'ah, Abu Jahal, dan Abbas bin Abdul Muthalib dengan maksud memberi keterangan kepada mereka tentang hakikat Islam agar me reka beriman. Di waktu itu masuklah seorang laki-laki buta, yang dikenal namanya dengan Abdullah bin Ummi Maktum.
Dia masuk ke dalam majelis dengan tangan meraba-raba. Sejenak Rasulullah terhenti bicara. Ummi Maktum memohon kepada Nabi agar diajarkan kepadanya beberapa ayat Alquran. Mungkin karena terganggu sedang menghadapi pemuka- pemuka itu. Terlihat wajah Rasul masam menerima permintaan Ibnu Ummi Maktum itu. Sehingga, perkataannya itu seakan- akan tidak beliau dengarkan dan beliau terus juga menghadapi pemuka-pemuka Quraisy tersebut.
Akhirnya Allah menurunkan surah `Abasa yang artinya: Dia (Muhammad)bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) dan dia (ingin)mendapatkan pengajaran yang memberi manfaat kepadanya. (QS `Abasa: 1-4).
Setelah ayat itu turun, sadarlah Rasulullah akan kekhilafannya. Lalu, segera beliau hadapilah Ibnu Ummi Maktum dan beliau perkenankan apa yang dia minta dan dia pun menjadi seorang yang sangat disayangi oleh Rasulullah. Allah begitu halus mengingatkan Ra sulullah ketika beliau sedikit saja melakukan kesalahan karena menurut Rasulullah melobi para pembesar Quraisy lebih penting dibandingkan dengan Ummi Maktum.
Dari riwayat ini, kita bisa mengambil hikmah pelajaran bahwa setiap manusia itu punya ego dan setiap diri kita pernah menjadi egois dalam kadar masing-masing.Yang dilarang dan harus dihindari adalah ketika ego itu berubah menjadi ego centris, egoisme, bahkan cenderung menjadikannya sebagai belief system. Inilah yang saya sebut bahaya laten ego.
Sebab, dampaknya akan sangat serius.Hubungan suami-istri bermasalah karena ego; hubungan pertemanan hancur karena ego; hubungan saudara rusak karena ego;bahkan hubungan manusia dan Tuhan terpisah karena ego. Yang terakhir ini lebih kare na manusia merasa kesuksesan hidupnya karena dia sendiri dan tak ada campur ta ngan Tuhan. Ini kan berbahaya! Karena itu, hindari sikap-sikap yang menumbuhkembangkan ego dalam diri kita. Wallahu a'lam.