Jumat 16 Sep 2022 16:43 WIB

Wamenag: Kemenag Serius Kembangkan Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren

Perguruan tinggi berbasis pondok pesantren amat relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Gedung Kemenag
Foto: dok. Republika
Gedung Kemenag

IHRAM.CO.ID, JAKARTA --- Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan bahwa Kementerian Agama (Kemenag) saat ini sedang mengembangkan secara serius perguruan tinggi berbasis pondok pesantren. Hal ini disampaikan Wamenag saat memberikan ceramah pada stadium general dan pembukaan perkuliahan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Hikmah 1, Benda, Sirampog, Brebes.

"Perguruan tinggi berbasis pondok pesantren dalam perkembangan terakhir ini amat relevan dengan kebutuhan masyarakat. Model pendidikan berasrama di mana antara santri, kiai, ustaz, dan komponen lain hidup bersama selama 24 jam dalam satu lingkungan pendidikan yang menyatu," kata Kiai Zainut melalui pesan tertulis kepada Republika, Jumat (16/9/2022).

Baca Juga

Menurutnya, masyarakat masa kini banyak berharap akan lahirnya profil guru agama yang mempunyai dua kompetensi sekaligus. Yaitu kompetensi keagamaan (tafaqquh fiddin) dan kompetensi profesional. Mereka adalah guru yang mampu menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utama pendidikan agama Islam dan dipadukan dengan keilmuan modern. Profil guru yang mampu menyeimbangkan antara nilai-nilai global dan nilai-nilai lokal.  

"Di sinilah urgensi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah di lingkungan pondok pesantren. Ke depan masyarakat kita membutuhkan guru-guru agama yang moderat, toleran dan damai. Sehingga Islam yang tumbuh di Indonesia adalah Islam wasathiyah, karena peserta didiknya dididik dengan baik oleh para pendidik yang baik pula," ujar Wamenag.

Wamenag mengapresiasi Pondok Pesantren Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes, yang berikhtiar mendirikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam bentuk STIT. Hal itu penting sebagai langkah konkrit dan sejalan dengan langkah Kementerian Agama untuk memperluas akses dan meningkatkan mutu terhadap anak bangsa.

"Jadikan kampus ini sebagai tempat yang efektif untuk studi, melakukan riset-riset ilmiyah dan menempa para mahasiswa dengan kepekaan nurani dan kepedulian sosial. Jangan menjadi intelektual di menara gading, tetaplah membaur dan menjadi solusi problem-problem keumatan," jelas Kiai Zainut.

Ia mengatakan, jadilah agen moderasi beragama di tengah pluralitas bangsa. Wawasan keislaman dan keindonesiaan harus didesiminasikan ke tengah-tengah masyarakat. Agama harus tampil dengan wajahnya yang inklusif, sejuk dan damai.

Penguatan wawasan moderasi beragama, dikatakan Wamenag, sangat penting. Sebab Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Indonesia dikenal sebagai negara multi-etnis, dengan jumlah suku sebanyak 1.310, memiliki kepulauan terbesar mencapai 17.504 buah dan memiliki 742 bahasa dan sub bahasa yang masih hidup.

"Sungguh ini merupakan karunia Tuhan yang tiada tara, yang sulit dicarikan bandingannya dan perlu dirawat persatuan dan kerukunan masyarakatnya. Salah satu ikhtiar merawat kerukunan itu adalah melalui penguatan moderasi beragama," jelasnya.

Wamenag berharap STIT Al Hikmah 1 menjadi ruang semai yang akan melahirkan intelektual Indonesia yang mumpuni dalam keilmuan dan memiliki wawasan keagamaan yang moderat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement