Prof Ali Muhammad ash-Shallabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Daulah Zankiyah(2007)mengatakan, umara yang bijaksana itu mendirikan banyak lembaga pendidikan Islam di sekujur wilayah kekuasaannya. Dalam masa pemerintahannya, studi ilmu-ilmu agama berkembang amat pesat, termasuk kajian hadis dan fikih.
Di samping itu, lanjut sejarawan tersebut, sang raja Zankiyah juga membangun pelbagai infrastruktur publik lainnya, semisal jalan raya, penginapan gratis untuk musafir dan calon jamaah di rute haji, saluran irigasi, serta pasar-pasar.
Nuruddin mewakafkan banyak lahan miliknya pribadi untuk kepentingan umat. Di antara tanah- tanah yang diwakafkannya, ada yang menjadi taman- taman, masjid-masjid raya, dan tentunya madrasah- madrasah.
Semua itu dimaksudkannya sebagai ladang amal jariyah demi meraih ridha Allah SWT. Nuruddin Mahmud benar-benar menyadari bahwa di antara faktor-faktor pendukung kebangkitan umat adalah kepemimpinan rabbani (yang mendekatkan diri kepada Allah), tulis ash-Shallabi.
Tidak mungkin mewujudkan negeri yang baik (baldatun thayyibatun), yang diliputi rahmat dari Tuhan Yang Mahapengampun (wa Rabbun Ghafuur), tanpa melibatkan alim ulama. Bahkan, umara-lah yang dibimbing ulama. Bukan sebaliknya.
Menurut ash-Shallabi, aktivitas pendidikan dan keilmuan pada masa Nuruddin bukan sekadar hasil dari lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah. Sebab, kaum cendekiawan kala itu juga memiliki rancang-bangun besar (grand design) yang bertujuan menanamkan keyakinan tauhid pada diri kolektif Muslimin melalui pembudayaan secara terus-menerus. Mereka bermaksud mencetak generasi yang tidak sekadar alim dunia, tetapi ukhrawi-duniawi sekaligus.