Rabu 28 Sep 2022 15:00 WIB

Menag Jelaskan Makna Tema dan Logo Hari Santri 2022

Santri adalah pribadi yang selalu siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk negara.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik yang dibutuhkan masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kerukunan antarumat beragama.
Foto: Kemenag
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai moderasi beragama merupakan solusi terbaik yang dibutuhkan masyarakat untuk menjaga dan memperkokoh kerukunan antarumat beragama.

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas meluncurkan peringatan Hari Santri 2022 di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Jawa Tengah. Peringatan Hari Santri tahun ini mengangkat tema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan."

Menag menjelaskan, tema tersebut mengandung pesan bahwa santri adalah pribadi yang selalu siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara. Santri dengan segala kemampuannya, bisa menjadi apa saja. Santri tidak hanya ahli ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Baca Juga

"Meski bisa menjadi apa saja, santri tidaklah melupakan tugas utamanya menjaga agama. Menjaga martabat kemanusiaan adalah salah satu tujuan diturunkannya agama," kata Menag dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (27/9/2022) malam.

Menag mengatakan, sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Menag juga menerangkan, logo peringatan Hari Santri 2022 mengandung filosofi. Yakni gambar merangkul artinya melindungi dan peduli. Gambar jabat tangan artinya saling membantu. Gambar daun artinya energi dan harapan. Infinity artinya tidak terhingga. Matahari artinya sumber energi atau daya yang tidak habis), dan mata artinya melihat dan mengamati.

Sebelumnya, dalam peluncuran peringatan Hari Santri 2022, Menag mengingatkan para santri tentang adanya pihak yang tidak suka dan benci dengan kemajuan para santri. Mereka melakukan generalisasi secara berlebihan atas peristiwa yang terjadi di pesantren.

Menag mencontohkan, ketika ada satu atau dua santri yang diduga melakukan tindak kekerasan, hal itu kemudian digeneralisasi seakan menjadi potret perilaku umum para santri. "Hal itu dilakukan karena ketidaksukaan, ini harus dijawab oleh para santri," kata Menag dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (27/9/2022) malam.

Menag mengatakan, kebencian dan ketidaksukaan terhadap para santri harus dilawan. Kebencian itu harus dilawan dengan prestasi, belajar yang benar dan sungguh-sungguh. Sehingga apa yang dituduhkan oleh orang yang tidak suka dengan gemilangnya para santri itu terjawab karena para santri benar-benar bisa diandalkan.

Menag berpesan, kebencian orang lain jangan dilawan dengan kebencian yang sama. Jika ada orang tidak suka dengan para santri, hal itu harus dijawab dengan prestasi. "Bukan kita melawannya dengan kebencian, tapi prestasi. Saya yakin para santri mampu menunjukkan prestasinya," ujar Menag.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement