IHRAM.CO.ID, Pada masa Ibnu Khaldun, dunia Islam diwarnai perpecahan. Negeri-negeri Muslim sering kali saling bermusuhan, alih-alih bekerja sama. Pemberontakan kerap terjadi. Wibawa kekhalifahan sebagai pemersatu umat nyaris tidak tampak.
Hal tersebut secara otomatis memengaruhi pemikiran Ibnu Khaldun. Waktu umurnya belum mencapai 40 tahun, lelaki cerdas kelahiran Tunis tersebut malang melintang di dunia politik. Kedekatan dengan para elite penguasa menjadikannya di satu sisi mudah mendapatkan jabatan, tetapi rentan pula di sisi lain.
Wajarlah bila dirinya mendapatkan posisi. Usianya belum genap 20 tahun, tetapi reputasinya sudah di kenal di mana-mana. Masyarakat Tunisia mengenal nya sebagai pemuda yang brilian.
Di luar identitasnya sebagai anak bangsawan, berbagai macam keilmuan dikuasainya dengan baik. Mulai dari filsafat, tasawuf, sejarah, ekonomi, hingga geografi. Pengikut mazhab Imam Maliki itu mengenal dunia tarekat dari bapak dan kakeknya meskipun dirinya tidak menjalani laku hidup sufistik.
Seusai dihantam The Black Death, Tunisia jatuh da lam ketidakpastian politik. Berbagai fraksi ber upaya menggulingkan kekuasaan Hafshiyun. Bahkan, beberapa kali perang saudara terjadi. Dengan saksa ma, Ibnu Khaldun mengamati rentetan peristiwa ter sebut dan mencoba selamat dari setiap prahara yang ada.