IHRAM.CO.ID, Bagi, umat Muslim, seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Ab bas, Jumat ialah hari raya yang hadir berulang-ulang setiap pekan. Di sisi lain, Jumat menjadi terminal bagi penghapusan dosa kecil yang dilakukan hamba selama sepekan. Penegasan ini disampaikan di hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Ibadah yang dilakukan di hari itu, pahalanya akan ditingkatkan di sisi Allah SWT.
Seperti dinukilkan dari hadis riwayat Abu Said al-Khudri, ada lima perkara yang bila dikerjakan, pelakunya akan dicatat sebagai penghuni surga, salah satunya ialah memuliakan Jumat dan menunaikan sholat Jumat.
Segudang keutamaan ini tidak bisa diperoleh begitu saja tanpa usaha yang maksimal. Syekh Abu al-Mundzir as-Saidi menjelaskan dalam bukunya berjudul Al-Jumah Adab wa Ahkam; Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah, ada beberapa kiat penting yang bisa dipraktikkan untuk memperoleh keutamaan Jumat.
Ia menyebutkan, persiapan menyambut kedatangan Jumat bisa dila kukan sejak Kamis. Aktivitas se derhana itu seperti memperbanyak zikir dan istigfar. Tak terkecuali menyediakan baju yang sedianya dipakai untuk shalat Jumat.
Keesokan harinya, hendaknya ia mandi Jumat. Saking penting nya, sebagian kecil ulama menganggap hukum mandi tersebut wajib. Agar lebih sempurna, disunahkan un tuk melakukan pembersihan diri.
Mulai dari mencukur rambut hingga memotong kuku. Setelah itu, hendaknya ia memilih busana terbaik dan mengenakan wewangian. Ini seperti ditegaskan di hadis Salman al-Farisi.
Ia menambahkan, di luar amalan yang bertujuan untuk membersihkan fisik, ada beberapa kegiatan ibadah yang bisa menambah pahala. Misalnya, membaca surah al-Kahfi.
Menurut riwayat Abu Sa’id al-Khudri, mereka yang membaca surah itu pada Jumat maka Allah akan menerangkan cahaya baginya di antara dua Jumat. Tentu, kekhusyukan Jumat akan semakin bertambah dengan seruan memperbanyak selawat atas Rasulullah SAW.
Bahkan, kata Syekh as-Saidi, permintaan tersebut diserukan langsung oleh Rasul. Ini seperti tertuang di riwayat Aus bin Aus. Sebagai puncaknya, dia menganjurkan agar memperbanyak doa. Karena, seperti disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah, ada waktu sangat potensial terkabulkannya doa.
Syekh as-Saidi mengemukan, hendaknya menghindari melakukan perjalanan di waktu yang mendekati dilaksanakannya shalat Jumat. Terlebih, bila perjalanan itu dilakukan saat pelaksanaan shalat. Maka hal itu tidak diperbolehkan.
Begitu azan dikumandangkan, setiap Muslim yang terkena kewajiban Jumat dan tidak memiliki uzur maka harus segera menuju masjid dan meninggalkan aktivitasnya.
Hal ini seperti disebutkan surah al-Jumah ayat ke-9. “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat Jumat, bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” Poin ini sekaligus menekankan agar Muslim yang berkewajiban sholat Jumat tidak melaksanakan jual beli. Tepatnya, ketika azan dikumandangkan.
Syekh menambahkan, hendaknya menghindari berpuasa tunggal ketika Jumat. Kecuali, misalnya, berpuasa Jumat bersamaan dengan puasa sunah seperti puasa Arafah. Dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah melarang berpuasa tunggal pada Jumat. Kecuali, telah berpuasa sebelumnya di Kamis atau Sabtu.
Syekh menjelaskan, menjemput pahala sholat Jumat maksimal bila dilakukan lebih awal. Ini merujuk pada hadis Abu Hurairah. Berangkat ke masjid pada gelombang pertama, akan mendapat pahala sebesar pahala unta.
Di gelombang kedua, akan memperoleh pahala sebesar sapi. Di periode berikutnya, sebesar kambing. Dan di periode keempat, hanya mendapat pahala sebesar ayam. Ini adalah perumpamaan tentang besaran pahala yang diterima bagi mereka yang bersegera menuju masjid. Tentu selama di masjid, kata Syekh as-Saidi, yang bersangkutan sembari menunggu shalat memperbanyak ibadah. Mulai dari beriktikaf, membaca Alquran, shalat sunah, dan membaca Alquran.