IHRAM.CO.ID, Sekitar tahun 1550 M, Taqi al Din, bersama ayahnya bertandang ke Istanbul, Ibu Kota Pemerintahan Ottoman Turki. Selama berada di kota itu, al-Din menjalin hubungan dengan para ilmuwan Turki, seperti Chivizada, Abu al-Su`ud, Qutb al-Dinzada Mahmad, dan Sajli Amir. Tak lama kemudian, ia kembali ke Mesir dan mengajar di Madrasah Shayhuniyya dan Surgatmishiyya.
Pada masa itu, al-Din sempat kembali mengunjungi Istanbul meski hanya sebentar. Di sana, ia dipercaya mengajar di Madrasah Edirnekapi. Saat itu, Perdana Menteri Kerajaan Turki Utsmani dijabat Samiz Ali Pasha.
Selama mengajar di Madrasah Edirnekapi, al-Din menggunakan perpustakaan pribadi Ali Pasha dan koleksi jamnya untuk penelitian. Kepribadian al-Din yang hangat dan supel melempangkan jalan baginya untuk menjalin hubungan dekat dengan para ulama dan pejabat negara.
Ketika Ali Pasha diangkat sebagai gubernur Mesir, al-Din kembali ke Negeri Piramida itu. Di Mesir, ia diangkat menjadi hakim atau kadi serta mengajar di madrasah. Namun, ketertarikannya pada astronomi dan matematika tak pernah ditinggalkan.
Terbukti, selama tinggal di Mesir, ia menorehkan sejumlah karya di bidang astronomi dan matematika.
Bangun observatorium Pada era pemerintahan Sultan Selim II, sang ilmuwan kembali diminta mengembangkan bidang astronomi oleh seorang hakim di Mesir, Kazasker Abd al-Karim Efendi, dan ayahnya, Qutb Al-Din.
Bahkan, Qutb al-Din menghibahkan kumpulan karya- karyanya beserta beragam perala- tan astronomi. Sejak itulah, ia mulai konsisten mengembangkan astronomi dan matematika.
Pada saat bersamaan, al-Din resmi diangkat menjadi kepala astronom kesultanan (Munajjimbashi) Sultan Selim II pada 1571 M. Ia diangkat setelah wafatnya kepala astronom sebelumnya, Mustafa bin Ali al-Muwaqqit.
Pemerintahan Turki Utsmani mengalami perubahan kepemimpinan ketika Sultan Selim wafat. Tahta kesultanan kemudian diduduki Sultan Murad III.
Kepada sultan yang baru, al-Din mengajukan permohonan untuk membangun observatorium yang baru. Dia menjanjikan prediksi astrologi yang akurat dengan berdirinya observatorium baru tersebut.
Permohonan itu akhirnya dikabulkan Sultan Murad III. Proyek pembangunan observatorium Istanbul dimulai pada 1575 M. Dua tahun kemudian, observatorium itu mulai beroperasi. Taqi al- Din menjabat sebagai direktur observatorium Istanbul. Sokongan dana yang besar dari Kerajaan Ottoman membuat observatorium itu bersaing dengan observatorium lain di Eropa, terutama observatorium Raja Denmark.
Tak berpangku tangan, di observatorium Istanbul yang dibangunnya, al-Din pun memperbarui tabel astronomi kuno peninggalan Ulugh Beg. Observatorium itu pun mampu menjelaskan tentang pergerakan planet, matahari, bulan, dan bintang.
Suatu saat, al-Din menyaksikan sebuah komet. Ia lalu memperkirakan munculnya komet itu sebagai pertanda kemenangan bagi pasukan tentara Turki Utsmani yang sedang bertempur. Namun, ternya-ta prediksinya meleset. Sultan pun memutuskan untuk menghentikan kucuran dana operasional bagi observatorium. Akibatnya, pada 1580 M, observatorium berhenti beroperasi.