IHRAM.CO.ID,JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin menekankan pentingnya merawat kerukunan antarumat beragama. Dia mengatakan, kerukunan antarumat beragama ini merupakan modal utama dalam kehidupan berbangsa, khususnya bagi warga negara Indonesia dengan segala keberagamannya.
Sebab, menurutnya, tidak sedikit adanya upaya-upaya ingin memecahbelah keutuhan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya merawat kerukunan bangsa Indonesia melalui dialog kebangsaan.
“Kerukunan kita jaga, dialog-dialog kebangsaan terus kita bangun, sehingga insyallah kita selalu aman,” ujar Ma’ruf dalam siaran pers saat melakukan dialog dengan para diaspora Indonesia di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di 7 Chatsworth Road, Singapura, Selasa (18/10/2022).
Ma'ruf mengatakan, adanya dasar negara dan juga Undang-Undang Dasar 1945 sebagai kesepakatan nasional menjadi fondasi yang kuat di dalam merawat keberagaman.
“Kita punya landasan yang saya sebut sebagai kesepakatan nasional, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Ma'ruf
Lebih jauh, dia menyampaikan kesepakatan nasional harus dijaga oleh masyarakat, yang merupakan implementasi dari perwujudan umat Islam yang utuh.
“Umat Islam itu harus menjadi muslim yang kaffah (utuh), tapi harus bisa memegang kesepakatan,” ujarnya
“Ini yang kita kembangkan. Kalau ini dipahami, tidak ada intoleran,” tambahnya
Selain itu, Ma'ruf menuturkan adanya forum-forum keagamaan turut mendorong kerukunan antarumat beragama, serta menjadi perantara dalam merumuskan solusi bagi beragam permasalahan masyarakat.
“Kita membangun juga pranata-pranatanya, ada Kementerian Agama, ada lagi majelis-majelis agama, Islam ada MUI (Majelis Ulama Indonesia), Kristen ada KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), ada PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia), Buddha ada, Hindu ada, ada Forum Kerukunan Umat Beragama. Kita terus mengembangkan dialog-dialog kebangsaan,” katanya.
Menutup dialognya, Ma'ruf menyebutkan intoleransi disebabkan oleh hawa nafsu manusia sebagai makhluk hidup yang tidak dikendalikan sehingga menyebabkan emosi berlebihan yang menciptakan intoleransi.
“Jadi, sebenarnya intoleransi itu tidak boleh, bukan ajaran. Itu sebenarnya emosional, hawa nafsu yang menguasai kita,” katanya.
Turut mendampingi Wapres pada kesempatan tersebut Menteri Luar Negeri Republik Indoensia Retno L. Marsudi dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo.