IHRAM.CO.ID, Perkembangan teknik penjilidan tentu saja sangat memengaruhi jumlah buku yang beredar di dunia Islam. Tradisi menulis dan membaca pun semakin meluas. Hal itu kemudian mendukung perkembangan penyimpanan buku dan katalogisasinya atau dengan kata lain sistem perpustakaannya.
Dalam tulisannya yang berjudul The Book in The Islamic Civilization, Muhammad Taher, menuliskan bahwa perpustakaan pada masa keemasan Islam banyak berada di masjid. Masjid merupakan institusi sosial pertama di dunia yang mengemban banyak sekali fungsi, termasuk sebagai tempat untuk membaca dan belajar. Perpustakaan pertama di sepanjang peradaban sejarah Islam adalah di masjid.
Buku yang pertama masuk ke masjid adalah Alquran, kemudian berkembang sehingga koleksi bukunya menjadi lebih banyak. Masjid mulai berfungsi sebagai perpustakaan pada masa kebangkitan dinasti Abbasiah. Hal ini sejalan dengan pembangunan masjid di daerah kekuasaan Islam yang baru. Di Baghdad dan Mesir, buku-buku yang dengan susah payah diperbanyak dan dibeli dengan harga mahal membutuhkan pe rawatan yang sesuai.
Para pemilik buku itu kemu dian mewariskannya ke masjid, di mana ada orang yang bakal merawat buku tersebut. Seperti halnya seorang ahli geografi dan pembuat biografi ternama, Zaidi, yang meninggal pada tahun 1229, mewakafkan buku-bukunya ke masjid. Di Spanyol, pada masa kejayaan Islam di sana, masjid-masjid banyak dibangun di daerah tersebut, termasuk di dalamnya adalah perpustakaan dengan beragam koleksi yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja.
Salah satu perpustakaan masjid yang paling terkenal adalah Masjid Besar Cordoba. Kemudian, di Afrika Utara, salah satu masjid yang tertua dan terkenal di daerah Fez, Maroko, adalah Masjid Qarawiyyin. Masjid yang dibangun oleh seorang wanita kaya raya bernama Fatima al-Fihri ini memiliki tiga perpustakaan yang terpisah satu sama lain.
Pertama adalah perpustakaan Abu Inan yang memuat buku-buku sains. Kedua, perpustakaan AbuYusuf yang namanya diambil dari Raja Abu Yusuf Yaqub. Ketiga, perpustakaan Mansuriyah yang di bangun oleh seorang terpelajar bernama Ahmad al- Mansur al-Dhahabi.
Di Tunisia, masjid memang sudah menjadi sebuah institusi belajar bagi komunitas di sekitarnya. Salah satu masjid yang terkenal adalah Masjid Qayrawan. Masjid ini merupakan pusat kebudayaan dan pendidikan di Afrika Utara. Banyak kegiatan pendidikan dilakukan di perpustakaan masjid tersebut. Terkait perkembangan perpustakaan di masjid, Mesir juga merupakan negara yang memperhatikan hal tersebut. Buktinya, di Kota Alexandria terdapat dua masjid yang sama-sama memiliki perpustakaan lengkap.