Ahad 23 Oct 2022 18:15 WIB

Julidisme

Julid menjadi kata yang kini sering muncul di media sosial.

Media Sosial (ilustrasi). Kata Julid banyak muncul di media sosial
Foto: Alexander Shatov Unsplash
Media Sosial (ilustrasi). Kata Julid banyak muncul di media sosial

IHRAM.CO.ID, Oleh: Abdul Muid Badrun

Julid menjadi kata yang kini sering muncul di media sosial. Tidak banyak orang tahu apa sebenarnya arti kata ini. Istilah julid populer setelah penyanyi Syahrini sering mengucapkannya untuk mengomentari warganet yang mengomentari penampilan mewahnya.

Baca Juga

Julid sejatinya berasal dari bahasa Sunda, binjulid, yang artinya iri atau dengki. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun tidak ditemukan. Yang ada kata iri yang berarti kurang senang melihat kelebihan orang lain (beruntung dan sebagainya); cemburu; sirik.

Sifat iri hati terhadap orang lain bisa melanda siapa saja tanpa terkecuali. Rasa tidak suka melihat kelebihan dan penampilan orang lain, baik harta maupun karier, tentu bisa dialami oleh setiap orang. Penya kit hati ini dapat mengarahkan manusia untuk melakukan perbuatan negatif.

Tindakan yang paling ringan adalah berbuat hasut ataupun memfitnah orang lain. Jika fenomena ini terus-menerus dilakukan, sudah biasa diucapkan, dan menjadi viral, julidakan berubah menjadi (saya menyebutnya), julidisme. Yaitu, perasaan bahagia dan puas ketika sudah menjulidi orang lain. Bahkan, efek berikutnya secara sadar pelakunya akan membuat rekayasa demi keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Rasul sendiri pun secara tegas mengingatkan kita dalam salah satu hadis yang artinya: Jauhilah iri hati, karena iri hati dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar. (HR Abu Dawud).

Hanya ada dua iri hati yang diperbolehkan oleh Nabi SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadisnya yang artinya: Dari Ibnu Umar ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua orang yaitu orang yang dikaruniai Allah (kemampuan memba ca/menghafal Alquran), lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya pada malam dan siang hari. (H Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa'i).

Larangan keras bersikap dan bertindak julid ini juga banyak dijelaskan dalam Alquran. Salah satunya adalah surah an-Nisa ayat 32 yang artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Dari penjelasan di atas, dapat kita tarik beberapa hikmah dan kesimpulan.Pertama, julid itu sifat yang sangat merusak amal kebaikan seseorang seperti api memakan kayu bakar. Sifat ini berbahaya sekali karena mampu memecah belah persatuan dan kedamaian antar sesama. Maka, harus dihindari. Caranya, riyadhah (latihan) untuk mengedepan kan sikap baik hati dan berpikir positif kepada orang lain. Baik baru dikenal, sudah kenal, apalagi belum mengenal.

Kedua, jangan berada di lingkungan yang setiap harinya dipenuhi dengan (bahasa saya) gibah minded. Artinya tanpa gibah, tidak bisa hidup. Ini banyak terjadi di sekeliling kita. Baik di kantor, di pekerjaan, maupun di lingkungan sekitar kita.

Ketiga, karena julidismeini seperti api, solusinya adalah dengan menjaga wudhu (pelihara kesucian diri) dan perbanyak zikir agar hati baik dan tenang. Sesuai anjuran-Nya dalam Alquran yang artinya:Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah- lah hati menjadi tenang dan tenteram.(QS ar-Rad: 28).Wallahu a'lam.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement