IHRAM.CO.ID, Surah Al-Ardh menorehkan jejak gemilang. Kitab itu bagai memiliki energi yang begitu besar hingga menggairahkan cendekiawan Muslim mendalami geografi. Al-Khawarizmi dianggap sebagai cendekiawan garda depan pada masa Abbasiyah yang meninggalkan jejak bermakna bagi pengembangan geografi melalui karyanya itu, Surah Al-Ardh.
Pada masa Abbasiyah khususnya, ketertarikan para ilmuwan terhadap geografi tak sepenuhnya berangkat dari ruang kosong. Faktor agama hadir sebagai salah satu pemantiknya. Misalnya, ada kebutuhan untuk menunaikan haji ke Makkah dan tentunya petunjuk arah harus ada. Demikian pula dengan mengarahkan mihrab masjid ke kiblat.
Ketika al-Ma’mun memegang tampuk pimpinan sebagai khalifah, perkembangan sains, termasuk geografi, mulai pesat. Ia memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani, termasuk karya Ptolemeus berjudul Geography. Buku itu di antaranya diterjemahkan oleh Tsabit ibnu Qurra yang meninggal pada 901 Masehi.
Philip K Hitti melalui karyanya, History of the Arabs, mengungkapkan, al-Khawarizmi menyusun Surah Al-Ardh berdasarkan karya Ptolemeus tersebut. Menurut dia, buah karya al-Khawarizmi yang terbilang cukup komprehensif menjadi acuan bagi karya-karya cendekiawan berikutnya dalam bidang yang sama.
Al-Khawarizmi bahkan melengkapinya dengan gambar bumi. Ini adalah sebuah peta awal yang pembuatannya dibantu oleh 69 sarjana lain atas perintah langsung Khalifah Dinasti Abbasiyah, al-Ma’mun. Ini merupakan peta bumi dan angkasa luar pertama dalam sejarah Islam, tandas Hitti.
Peta yang terdapat dalam Surah al-Ardh kembali jadi acuan penting, seperti halnya pada karya-karya al-Mas’udi yang muncul pada paruh pertama abad ke-10. Pemikiran al-Khawarizmi tampak masih terasa kuat pengaruhnya terhadap para ilmuwan Muslim hingga abad ke-14.
Ehsan Masood, dalam Ilmuwan-ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, mengatakan, selain memerintahkan pembuatan peta dunia, pada 820 Masehi, al-Ma’mun memerintahkan pula kakak-beradik Bani Musa memeriksa sesuatu yang pernah dibacanya dalam salah satu buku geografi kuno yang baru diterjemahkan.
Hal yang dimaksudkan al-Ma’mun adalah pengukuran lingkar bumi sejauh 24 ribu mil atau 38 ribu kilometer. Dengan kecerdasannya, Bani Musa kemudian membuat perhitungan dan mengonfirmasikan ketepatan perhitungan itu. Khalifah beberapa kali melakukan perhitungan untuk mengonfirmasi akurasinya.
Masood menegaskan, hadirnya seorang khalifah yang memiliki ketertarikan terhadap keakuratan sains seperti itu tidaklah aneh sains berkembang pesat. Ia menduga pula adanya keterlibatan al-Khawarizmi dalam membantu proyek perhitungan keliling bumi tersebut.
Beberapa sumber sejarah menyatakan, ilmuwan Muslim masyhur itu kerap terlibat dalam berbagai proyek sains, di bawah perlindungan khalifah.