IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Forum Zakat (FOZ) Bambang Suherman menyampaikan pemaparan langkah-langkah yang akan dilakukan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) anggota FOZ dalam menghadapi resesi ekonomi pada 2023. Dia menyadari, sudah ada peringatan soal akan adanya krisis global meski ada pendapat pakar yang menyebut Indonesia tidak termasuk negara terdampak akut.
"Beberapa pakar mengingatkan, sedikit banyak gelombang krisis ini akan sampai ke Indonesia. FOZ mencoba mengonstruksi profil krisis ini seperti apa, menyerang sektor apa saja selama krisis berjalan, termasuk indikator apa yang digunakan untuk menyatakan kita ini krisis," kata dia di sela agenda CEO OPZ Forum di Jakarta, Kamis (3/11).
Hal tersebut, lanjut Bambang, dilakukan dalam rangka persiapan dengan memitigasi berbagai kemungkinan. Dalam kontruksi krisis itu, FOZ menggunakan indikator berupa proyeksi inflasi kuartal keempat 2023 dan sektor yang akan terpengaruh.
"Ini semacam modal mitigasi yang kami siapkan. Tetapi lihat nanti seperti apa konfigurasi krisis yang akan datang. Paling tidak, hal-hal mendasar sudah kami kelola dan kami sudah ikut mengantisipasi dinamika krisis yang akan sampai kepada masyarakat," jelasnya.
Bambang mengatakan, FOZ juga sudah mencoba terlibat dalam masalah-masalah utama yang akan dihadapi masyarakat dalam krisis pada 2023. Misalnya kebutuhan terhadap bahan makanan pokok, layanan kesehatan yang sifatnya responsif, akses pendidikan dan keterampilan, dan pemberdayaan ekonomi yang bisa menstabilkan aktivitas masyarakat.
Dengan identifikasi itu, seluruh OPZ anggota FOZ diberi mandat untuk berkolaborasi dalam menyusun daftar-daftar kebutuhan tersebut. Kemudian, OPZ melakukan penguatan program yang diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, program yang berorientasi pada penguatan rantai pasokan makanan pokok, layanan kesehatan, atau layanan bagi masyarakat menengah ke bawah.
"Demikain juga penyaluran modal usaha dan lainnya. Harapannya, dengan pendekatan tersebut, FOZ ikut berkontribusi mengurangi dampak strategis yang dirasakan oleh masyarakat ataupun dampak pragmatis akibat krisis," kata Bambang.
Dia juga menjelaskan, model mitigasi yang dilakukan dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi 2023 relatif berbeda dengan apa yang telah dilakukan selama pandemi Covid-19. Meskipun, bentuk respons di masa pandemi juga ada dalam pengelolaan krisis global 2023 terutama pada aspek kesehatan.
"Bedanya, kalau pandemi, kami fokus pada kesehatan dan penyediaan kebutuhan pokok masyarakat. Sedangkan dalam menghadapi krisis 2023, kami juga mempertimbangkan akses layanan keterampilan, vokasional, aspek pembiayaan pendidikan, di mana ini juga masuk dalam skema krisis. Jadi bukan hanya fokus pada kesehatan," katanya.