IHRAM.CO.ID,Pasukan Dinasti Mamluk dan Mongol bertemu di Ayn Jalut, Palestina, pada 13 September 1260 M. Tentara Mamluk dipimpin Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol yang sedang tak di pimpin langsung oleh Timur Lenk.
Untuk memperoleh simpati simpati penguasa Islam lainnya, Penguasa Mamluk, Sultan al- Malik al-Zhahir Rukn al-Din Baybar al Bunduqdari membaiat keturunan Bani Abbas, al-Mustanshir Billah, yang berhasil lolos dari serangan Mongol, sebagai khalifah.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah yang telah dihancurkan oleh Hulaghu Khan berhasil disambung lagi oleh Dinasti Mamalik. Tak hanya itu, prestasi mereka. Marshall GS Hodgson dalam bukunya The Venture of Islam menulis, Dinasti Mamluk juga berhasil melumpuhkan kekuatan tentara Salib di Laut Tengah, menghancurkan kelompok Hassasin (para pembunuh) di Suriah, dan menghancurkan kapal-kapal Mongol di Anatolia.
Sejak jatuhnya Baghdad sebagai pusat peradaban Islam ke tangan Bangsa Mongol, membuat Mesir menjadi tempat pelarian para ilmuwan asal Baghdad. Banyaknya ilmuwan yang mencari perlindungan di Mesir, membuat ilmu pengetahuan di Mesir semakin berkembang, seperti ilmu sejarah, kedokteran, astronomi, matema tika, dan ilmu agama.
Banyaknya cendekiawan tersebut turut membantu kemajuan Mesir. Dalam bidang ekonomi, Dinasti Mamluk membuka hubungan dagang dengan Prancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sebelumnya dirintis oleh Dinasti Fathimiyah.
Hasil pertanian meningkat karena didukung oleh jaringan transportasi antarkota melalui darat ataupun laut yang tertata dengan baik. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah, masjid, dan perpustakaan, menghasilkan seni bangunan yang mirip dengan Baghdad.