IHRAM.CO.ID, Oleh: A Ilyas Ismail
Kemudahan merupakan salah satu prinsip penting dalam Islam. Ia merupakan anugerah Allah SWT, diberikan agar manusia tetap bersemangat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama, terutama dalam situasi sulit. (QS al-Baqarah [2]: 185).
Amr bin Ash pada suatu malam yang dingin dalam sebuah pertempuran yang panjang, mengalami “mimpi basah.” Khawatir membawa akibat buruk kepadanya, ia tidak mandi jenabah, tetapi bertayamum, lalu shalat Subuh bersama teman lain.
Kasus ini dilaporkan kepada Nabi SAW. Lalu, Nabi SAW bertanya, “Hai Amr, Apakah kamu shalat Subuh sedangkan kamu dalam keadaan junub?” “Ya, tuan,” jawab Amr. “Aku khawatir atas diriku,” tegas Amr lagi. Ia kemudian membaca ayat ini: “Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS Al- Nisa’ [4]: 29). Mendengar jawaban Amr, Rasulullah SAW tersenyum dan diam tak berkata lagi. (HR Bukhari).
Prinsip kemudahan ( taysir) sangat jelas dalam Islam, seperti tampak dalam kisah Amr ini. Setiap kesulitan, pada da sar nya, menuntut kemudahan ( al-Masyaqqah tajlib al-taysir). Kalau diperhatikan secara seksama, setiap ibadah dalam Islam disediakan kemudahankemudahan. Sekadar contoh, bersuci dalam kondisi normal harus dilakukan dengan air. Tapi, dalam kondisi sulit, ber suci dapat dilakukan dengan tayamum.
Shalat, seperti umum diketahui, harus dilakukan dengan berdiri. Akan tetapi, bagi yang tak mampu berdiri, ia boleh melakukannya dengan duduk, bahkan dengan berbaring saja. Begitu juga disediakan kemudahan dalam ibadah puasa, haji, dan seterusnya. Dalam terminologi fikih, kemudahankemudahan itu dinamakan “ Rukhshah,” yaitu pengurang an beban sebagai wujud kasih sayang Allah SWT.
Meskipun mudah dan disediakan banyak kemudahan, namun kemudahan itu bukan sesuatu yang gratis ( free of charge). Kemudahan-kemudahan itu menuntut persya ratan dan kondisi-kondisinya sendiri. Misalnya, adanya kesulitan ( masyaqqah) seperti te lah dikemukakan. Persyaratan lain ialah bahwa kemudahan (alternatif) yang disediakan bu kanlah dosa atau perkara yang dilarang oleh Allah SWT.
Dalam hadis shahih disebutkan bahwa setiap kali Nabi dihadapkan pada dua pilihan, beliau selalu memilih yang pa ling mudah dari keduanya. Tapi, kalau pilihan kemudahan itu merupakan dosa maka beliau adalah orang yang mula-mula lari dan menjauhkan diri dari nya. (HR. Bukhari dari Aisyah).
Berbagai kemudahan agama itu diberikan oleh Allah SWT untuk tujuan dan maksud yang mulia. Pertama, memastikan agar manusia dapat menjalankan agama tanpa susah payah dalam dimensi ruang dan waktu. Kedua, mendorong dan memotivasi manusia agar rajin dan semangat menjalan kan agama, lantaran bisa dilakukan dengan mudah dan tanpa kesulitan.
Karena agama itu mudah maka tidak boleh ada opini yang menggambarkan bahwa agama itu seolah-olah menyu sahkan. Inilah pandangan yang ditolak Allah. “Dan Dia sekalikali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj [22]: 78). Wallahu a`lam!