IHRAM.CO.ID, Oleh: Fuad Rumi MS
Alquran adalah petunjuk hidup atau hudan yang diturunkan Allah untuk manusia. Sebagai petunjuk kehidupan, Allah tidak membatasi Alquran sebagai petunjuk peribadatan saja. Juga Alquran tidak hanya mengandung ayat-ayat hukum tentang halal, haram, makruh, atau mubah.
Ketika pertama kali diturunkan, yakni surah al-Alaq (1-5), Alquran justru meletakkan sebuah dasar yang amat penting bagi kehidupan manusia, yaitu ilmu pengetahuan. Membaca adalah langkah menuju ditemu kannya ilmu pengetahuan, dan itulah perintah yang diturunkan Tuhan melalui wahyu yang pertama turun.
Dalam ayat pertama itu sekaligus terkandung petunjuk bagaimana manusia harus membaca, yakni iqra’ bismi rabbika alladziy khalaq, bacalah denga nama Tuhanmu yang mencipta. Maknanya, dalam membaca objek bacaan apa saja, hendak nya berpijak pada tuntunan Allah SWT, bukan berdasarkan pikiran manusia belaka.
Masih dalam wahyu pertama turun itu, Alquran telah memberi isyarat objek bacaan yang amat penting, yaitu penciptaan manusia, khalaqa al min ‘alaq. Dia mencipta manusia dari segumpal darah. Bagaimana kejelasannya lebih lanjut, manusia dipersilakan oleh Tuhan untuk membacanya (menelitinya) lebih jauh sehingga menemukan ilmu pengetahuan tentang embri ologi. Demikian sekadar sebuah contoh untuk menunjukkan bahwa Alquran petunjuk kehidupan manusia yang perlu terus digali kandungan maknanya.
Jika terus digali kandungan maknanya dan tidak hanya dibatasi atau berhenti pada masalah-masalah diniah (keagamaan) atau ubudiah (peribadatan), Alquran potensial membuat umat Islam menjadi cerdas dalam memahami dan menyikapi persoalan apa saja dalam kehidupan ini. Jika kemampuan itu dimiliki, itulah yang dinamakan sebagai kecerdasan Qurani atau Quranic quotient.
Jadi, kecerdasan Qurani atau Quranic quotient adalah kemampuan untuk memahami dan menyikapi sesuatu hal (keadaan/masalah) dengan perspektif Alquran.
Umat Islam akan bisa hidup benar- benar sesuai dengan tuntunan Alquran dalam menghadapi kemajuan zaman seperti apa pun bila me miliki dan menggunakan kecerdasan Qurani ini. Hanya saja, kenyataan menunjukkan bahwa dewasa ini umat Islam sendiri masih sangat awam dan kebanyakan jauh dari Alquran.
Dengan kenyataan tersebut, umat Islam harus digalakkan terus untuk dekat dengan Alquran dan dibimbing untuk bisa membacanya dengan baik dan memahami kandungan isinya. Sebab, itulah dasar bagi dibangunnya kecerdasan Qurani itu.
Konklusi yang kita ambil dari pemikiran ini ialah pentingnya di bangun dan ditumbuhkan kecerdasan Qurani itu. Kecerdasan Qurani harus dimulai sejak dini, yakni sejak anak-anak hingga terus berkelanjut an tanpa henti.
Seharusnyalah, kita umat Islam, tersentak dengan pertanyaan Allah SWT melalui surah Muhammad ayat 24 ini. “Apakah mereka tidak menadaburi Alquran, ataukah hati mereka telah tertutup?” Jangan sampai kita menjadi orang yang tertutup hatinya sehingga tidak mau menadaburi Alquran. Padahal, tanpa tadabur Alquran kita tidak mungkin memahami Alquran dan tidak memi liki kecerdasan Qurani.