IHRAM.CO.ID, Ilmu bedah yang dirintis dan dikembangkan al-Zahrawi ternyata tak lekang waktu. Tak sedikit penulis ilmu bedah di abad ke-12 dan ke-16 yang mengutip pemikiran al-Zahrawi. Mereka di antaranya Roger dari Salerno, Guglielmo Salicefte, Lanfranchi, Henri de Mondeville, Mondinus Bologna, Bruno Calabria, Guy de Chaulliac, Valescus dari Taranta, Nicholas dari Florence, dan Leonardo da Bertapagatie Padua.
Serefeddin Sabuncuoglu (1385-1468), dokter bedah yang tinggal di Amasia, Anatolia, termasuk salah satu pakar yang mendapat banyak kontribusi dari karya al-Zahrawi. Dalam bukunya Cerrahiye-tu l-Hanniyye, dia banyak mengutip al-Tasrif selain menuliskan pengalamannya sendiri.
Sementara penulis Inggris, William Hunter (1717-1783) diketahui menggunakan naskah Arab untuk mempelajari Aneurisma. Ternyata, dalam biografinya, William Hunter juga menggunakan referensi dari sebuah naskah berbahasa Arab karya al-Zahrawi, yakni al-Tasrif yang diperoleh dari Aleppo, Suriah.
Manuskrip medis tertua di Inggris yang ditulis sekitar tahun 1250, menurut The British Medical Journal , juga memiliki kemiripan yang mengejutkan dengan karya al-Zahrawi.
Al -Tasrif merupakan buku bedah pertama yang tak sekadar menjadi referensi tindakan bedah, tapi juga mengembangkan semua aspek bedah dan berbagai cabang ilmu kedokteran, mulai dari penyakit telinga, hidung, tenggorokan, bedah kepala dan leher, bedah umum, kebidanan, sampai ginekologi (kandungan). Bahkan, bidang kedokteran militer, urologi, dan bedah ortopedi juga disertakan.
Spesifikasi keilmuan yang lengkap tadi membuat prestasi dan nama al-Zahrawi melambung di daratan Eropa. Mereka menganggap literatur medis Arab sebagai buku teks terkemuka di wilayah pemeluk Kristen di Barat.
Sosok al-Zahrawi tak hanya dikenal sebagai salah satu ahli bedah terbesar Islam abad pertengahan. Dia juga sebagai pendidik dan psikiater. Pada salah satu bagian dalam al-Tasrif, ia menuliskan sejumlah pandangannya tentang pendidikan anak dan perilaku, sopan santun, dan kurikulum sekolah.
Jauh nun di seberang sungai Wadi Al-Kabir, di Calla Hurra Museum, sebuah peninggalan diabadikan untuk menghargai karya al-Zahrawi. Sebanyak 200 peralatan bedah direproduksi oleh Fuat Sezgin dan dipamerkan pada tahun 1992 di Museum Arkeologi Madrid, Spanyol.
Profesor Ahmed Dhieb dari Tunisia juga mempelajari instrumen bedah dan merekonstruksinya. Hasilnya ditampilkan dalam kongres internasional untuk sejarah kedokteran ke-36 di Tunis, Tunisia. Dalam pameran ini, semua instrumen bedah al-Zahrawi digambarkan secara perinci dalam tiga bahasa: Arab, Prancis, dan Inggris.