Rabu 28 Dec 2022 17:35 WIB

Tujuh Langit dalam Perspektif Filsafat Kuno, Modern, dan Alquran

Ungkapan-ungkapan para filsuf kuno mempengaruhi umat manusia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Langit berawan/ilustrasi
Foto: pexels
Langit berawan/ilustrasi

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) menjelaskan persoalan tujuh langit berdasarkan perspektif filsafat kuno, modern, dan Alquran. Nursi mengawali penjelasannya dengan mengutip firman Allah SWT.

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ

Baca Juga

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah” (QS Al-Isra [17] :44)

Allah SWT juga berfirman,

 ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

“Kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah [2] :29).

Menurut Nursi, kedua ayat Alquran di atas, beserta ayat-ayat Alquran lainnya yang sejenis telah menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Menurut Nursi, masalah tersebut sangat terkait dengan penjelasan singkatnya dalam tafsir Isyarat al-I’jaz yang ditulis di medan pertempuran di tahun pertama Perang Dunia Pertama. Dalam tafsir tersebut, telah diterangkan secara sangat ringkas sebagai berikut:

Filsafat kuno menganggap bahwa langit ada tujuh. Lalu keberadaannya ditambah oleh arasy dan al-Kursi (singgasana Tuhan) seperti yang terdapat dalam penjelasan agama. Hal ini tentu saja merupakan sebuah gambaran menarik.

Sejak lama, menurut Nursi, ungkapan-ungkapan para filsuf kuno mempengaruhi umat manusia. Bahkan banyak ahli tafsir terpaksa menyesuaikan makna lahiriah ayat dengan jalan mereka, sehingga membuat kemukjizatan Alquran, dalam batas tertentu, menjadi tertutupi.

Sementara itu filsafat baru yang disebut dengan filsafat modern menegaskan hal yang sebaliknya. Ia mengingkari keberadaan beberapa lapis langit yang tidak dapat ditembus dan menyatu seperti yang dinyatakan oleh filsafat kuno. Keduanya sama-sama bersikap ekstrem. Mereka tak mampu menerangkan hakikat yang sebenarnya secara jelas dan lengkap.

“Adapun Alquran yang suci tidak membenarkan kedua sikap ekstrem di atas,” jelas Nursi dikutip dari bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 133-134.

Nursi mengatakan, Alquran mengambil jalan tengah dan sikap yang moderat dengan berkata, “Sesungguhnya Allah Sang Maha Pencipta Yang Maha Agung menciptakan tujuh langit secara bertingkat-tingkat, sementara planet-planetnya berenang dan bertasbih di langit seperti ikan di laut.”

Nursi menambahkan, dalam sebuah hadis Nabi SAW juga disebutkan, “Langit adalah gelombang yang bertumpuk.” Yakni seperti lautan yang ombaknya tetap. Hakikat ini diperkuat oleh tujuh kaidah dan tujuh aspek makna yang dijelaskan Nursi secara sangat singkat dalam Al-Lama’at.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement