IHRAM.CO.ID,Para ahli kelautan menemukan adanya batas pada setiap lautan. Pemisah itu bergerak di antara dua lautan, dinamakan dengan front (jabhah) dan dianalogikan dengan front yang memisahkan di antara dua pasukan. Dengan adanya pemisah, setiap lautan memelihara karakteristiknya sehingga sesuai dengan makhluk hidup (ekosistem) yang tinggal di lingkungan itu.
Seperti dikutip www.ikadi.org, banyak tahapan yang telah dilalui ilmu pengetahuan manusia untuk mengetahui sifat-sifat air laut, di antaranya tentang batas-batas laut.
Pada tahun 1873 M/1283 H, para ilmuwan dari tim peneliti Inggris dalam ekspedisi laut Challenger, menemukan adanya perbedaan di antara sampel-sampel air laut yang diambil dari berbagai lautan. Dari situ, manusia mengetahui bahwa air laut berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lain, baik dalam hal kadar garam, temperatur, berat jenis, maupun jenis biota lautnya.
Penemuan tersebut dihasilkan setelah menyelesaikan pelayaran ilmiah selama tiga tahun, mengarungi seluruh lautan di bumi. Ekspedisi ini mengumpulkan informasi-informasi dari 362 pos yang khusus untuk menyelidiki karakteristik lautan-lautan. Laporan perjalanan tersebut memenuhi 29 ribu halaman dalam 50 jilid, yang penyusunannya memakan waktu 23 tahun. Ekspedisi tersebut merupakan salah satu penemuan ilmiah yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan, khususnya tentang Oceanologi (ilmu kelautan).
Tahun 1933, diadakan ekspedisi ilmiah oleh tim Amerika di Teluk Meksiko. Mereka menyebar ratusan pos-pos lautan untuk mempelajari karakteristik lautan. Hasilnya, sebagian besar pos tersebut memberikan informasi yang seragam tentang karakteristik air di wilayah itu. Sementara itu, pos lainnya memberikan informasi yang berbeda. Dengan demikian, para ahli kelautan ini berkesimpulan adanya dua laut yang berbeda sifatnya dan tidak sekadar perbedaan sampel, seperti yang ditemukan pada ekspedisi Challenger.
Melalui ratusan 'stasiun laut' yang dibuat, para ilmuwan menyimpulkan bahwa perbedaan karakter tersebut mendeterminasi satu lautan dengan yang lainnya. Namun, mereka masih mempertanyakan, mengapa tidak bisa bercampur?
Pertama kali muncul jawaban itu di lembaran buku-buku ilmiah pada 1942 M/1361 H. Studi yang mendalam tentang karakteristik lautan menyingkap adanya lapisan-lapisan air pembatas yang memisahkan antara lautan-lautan yang berbeda-beda. Dan, berfungsi memelihara karakteristik khas setiap lautan dalam hal kadar berat jenis, kadar garam, biota laut, suhu, dan kemampuan melarutkan oksigen.
Setelah tahun 1962, diketahui fungsi batas-batas laut tersebut dalam 'mengolah' aliran air laut yang menyeberang dari satu laut ke laut yang lain. Sehingga, laut yang satu tidak melampaui laut yang lain. Dengan demikian, lautan-lautan tersebut tidak bercampur aduk karena setiap lautan menjaga karakteristiknya masing-masing dan batas-batas wilayahnya karena adanya pembatas-pembatas tersebut.
Menurut William Hay, air Laut Tengah Mediterania terasa hangat dan berkadar garam tinggi, sedangkan air dari Samudra Atlantik lebih dingin dan memiliki kadar garam lebih rendah. Dan, batasan antara kedua air laut ini, juga berbeda dengan air di Teluk Oman dan air di Teluk Persia, baik dari segi kimiawi maupun ekosistem yang ada di antara keduanya.
Muhammad Ibrahim As Sumaih, guru besar pada fakultas sains, jurusan ilmu kelautan Universitas Qatar, dalam penelitian yang dilakukan di Teluk Oman dan Persia (1984-1988), menemukan perbedaan terperinci dengan angka-angka dan gambar-gambar pada kedua teluk tersebut.
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Karena gaya fisika yang dinamakan 'tegangan permukaan', air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A. Jr, 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, 92-93).