IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian proses ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) menjadi fase terberat berhaji. Rangkaian ini juga yang menjadi pembeda antara ibadah haji dan umroh.
Tiga tempat ini sering disebut titik krusial dalam rangkaian kegiatan wajib haji, karena di tiga tempat ini seluruh energi fisik dan mental akan terkuras. Sehingga tidak jarang jamaah jatuh sakit atau bahkan wafat karena kelelahan usai atau saat sedang menjalankannya.
Terkait Armuzna, Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya Ibadah Haji Rukun Islam Kelima mengatakan, secara fisik, ketiga tempat itu bukan di Kota Makkah, melainkan berada di luar kota, berjarak antara lima sampai 25 kilometer.
Pada hari-hari di luar musim haji, ketiga tempat itu bukan tempat yang layak untuk dihuni atau ditempati manusia, sebab hanya berupa padang pasir bebatuan. Namun, saat berhaji, jamaah harus menginap (mabit) di tempat itu, yang berarti jamaah makan, minum, tidur, buang hajat, mandi, sholat, berdoa hingga berdzikir, semua dilakukan di padang pasir.
Sementara terkait ibadah yang dilakukan di tiga tempat tersebut adalah, sebagai berikut.
Arafah
Kota di sebelah Timur Makkah yang dikenal sebagai tempat pusatnya haji karena menjadi tempat wukuf dilaksanakan. Ibadah ini berlangsung pada tanggal 9 Dzulhijah tiap tahunnya.
Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina. Rangkaian ini bahkan dijelaskan salam Alquran:
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ
“Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril haram (Muzdalifah)." (QS. Al Baqarah: 198).
Mina
Mabit di Mina dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Mina juga tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke tugu jumrah.