Sabtu 06 Sep 2014 09:09 WIB

Antara Makkah dan Bakkah

Ilustrasi Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.
Foto: Sacredsites.com
Ilustrasi Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat sejumlah pendapat tentang akar kata “Makkah”. Abu Bakar Al-Anbari berkata, “Dinamakan Makkah, karena ia akan melumpuhkan para penguasa tiran, yakni menghilangkan keberanian mereka.”

Ada pula yang mengatakan, dinamakan Makkah disebabkan ramainya orang-orang di sekitarnya. Hal ini dikiaskan dengan ucapan mereka, “Bayi unta yang berebut susu induknya.” Dan dinamakan Bakkah karena ramainya orang-orang di sekelilingnya.

Ada pula yang mengatakan bahwa Makkah adalah nama kota, dan Bakkah adalah nama Baitullah. Pendapat yang lain mengatakan, Makkah adalah Bakkah. Lafadz mim diganti dengan ba’, sebagaimana mereka mengatakan lazib (tetap) dengan lazim (wajib). Abu Al-Qasim berkata, “Inilah yang disebutkan oleh Abu Bakar di Makkah.”

Ada juga pendapat-pendapat lain. Di antaranya, pendapat Asy-Syaraqi bin al-Qathani. “Disebut Makkah karena orang-orang Arab pada masa jahiliyah menganggap bahwa tidak sempurna haji seseorang sampai ia mendatangi Ka’bah lalu bersiul di sekitarnya seperti suara anak burung Mukka’ di sekeliling Ka’bah. Mereka pun bersiul dan bertepuk tangan saat thawaf di Baitullah,” kata al-Qathani.

Mukka’—dengan tasydid pada huruf kaf—adalah jenis burung yang tinggal di taman-taman. Suatu ketika orang Arab Badui datang ke kota lalu melihat burung Mukka’ berkicau, sehingga dia pun rindu kepada negerinya.

Muka’—huruf kaf dipanjangkan tanpa tasydid—artinya siulan. Seakan dahulu mereka menirukan suara burung Mukka’. Meski hanya sekedar siulan, tapi mengandung makna yang mendalam.

Suatu kaum berpendapat, “Dinamakan Makkah karena lokasinya yang terletak di antara dua gunung. Posisinya berada di tanah rendah sama dengan kedudukan tempat minum (makkuk).”

Adapun pendapat yang mengatakan pemberian nama Makkah karena keramaian orang-orang di sekitarnya merupakan takwilan yang keliru jika dikiaskan pada anak unta yang berebut susu induknya.

Sebab, unta yang berebut susu induknya tidak bisa disamakan dengan manusia yang berdesakan di sana. Ada dua pendapat mengenai hal ini. Pertama, dinamakan Makkah karena ramainya orang-orang di sana. Kedua, karena manusia dari seluruh penjuru dunia berdatangan dan beribadah di sana.

Pendapat lain mengatakan, dinamakan Makkah karena seseorang yang melakukan perbuatan menyimpang di wilayah itu akan dipukul tengkuknya, sehingga lehernya menjadi bengkok.

Asy-Syaraqi berkata, “Telah diriwayatkan bahwa Bakkah adalah sebuah desa, sedangkan Makkah adalah tempat penyerbuan yang terdapat di Dzu Thuwa. Ia tidak dapat dilalui oleh seorang pun dari penduduk Syam, Irak, Yaman, dan Bashrah. Ia berada di dasar celah Dzu Thuwa.”

Ada pula yang berpendapat, Bakkah adalah lokasi Baitullah, sedangkan sekitarnya adalah Makkah. Menurut Ubaidillah, dinamakan Makkah karena ketersediaan airnya yang sedikit. Orang-orang dulu, untuk mendapatkan air, mereka menyedot air dari daerah sekitarnya.

Ada pula yang mengatakan, karena ia dapat menghisap dosa-dosa, yakni menghilangkannya sebagaimana anak unta menghisap susu induknya sehingga tidak tersisa sedikit pun. Ada pula yang mengatakan dinamakan Makkah karena ia merendahkan orang yang berbuat zalim. (Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement