Kamis 12 Sep 2013 05:50 WIB

Haji 'Sok' Tahu

Beberapa jamaah haji berjalan dari tenda mereka di Mina, untuk melakukan lempar jumroh yang kedua (jumroh ulo wusto dan aqobah) di Jumarat, Makkah
Foto: antara
Beberapa jamaah haji berjalan dari tenda mereka di Mina, untuk melakukan lempar jumroh yang kedua (jumroh ulo wusto dan aqobah) di Jumarat, Makkah

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak semua orang pergi haji mengetahui benar apa makna haji. Tidak jarang orang pergi ke Tanah Suci karena didorong oleh riya atau ingin pamer betapa dirinya bisa naik haji.

Alkisah, seorang juragan tembakau asal Gunung Sumbing sudah sejak lama ingin pergi ke Tanah Suci. Nah, karena kebetulan hasil panen melimpah dan mendapat tawaran harga cukup tinggi, maka tahun itu pula keinginan untuk berhaji terpenuhi.

Sebut saja Mundiran, usia sekitar 68 tahun. Karena memiliki uang dan merasa telah kaya, maka tidak mengherankan bila perangainya sedikit berubah. Apalagi, ia dinyatakan masuk dalam daftar haji yang diberangkatkan.

Hampir setiap hari ia mendatangi tetangga dan sanak saudaranya untuk mengabarkan jika tidak lama lagi dirinya bakal jadi haji. Bahkan, karena sikapnya yang sedikit berubah jadi tinggi hati itu, membuat ia merasa tahu segala-galanya, termasuk soal seluk-beluk perhajian. Ketika acara manasik haji ia pun selalu berlagak sok tahu.

Ketika ditanya oleh Ustaz Gufron perihal rukun haji, Mundiran selalu manggut-manggut dan menjawab ''Sudah tahu ustad.'' Sang ustaz pun manggut-manggut pula.

''Apa makna Wukuf?,...''

''Tahu ustad,''

''Apa makna sai?...''

''Juga tahu ustad,''

''Kalau lempar jumrah,''

''Lempar setan,''

''Bagus,... bagus,'' kata ustaz manggut-manggut.

Merasa sudah tahu segalanya, ketika berada di Tanah Suci, Mundiran benar-benar mantab. Semua ritual haji diikuti secara khusyuk. Nah, giliran lelaki tua ini melempar jumrah, ia sedikit kebingungan.

Sementara orang-orang begitu saja melemparkan kerikil yang dipegangnya, ia hanya terbengong-bengong, seperti menunggu sesuatu. Bahkan hingga hampir magrib Mundiran masih berdiri ditempat melempar jumrah, sambil matanya mencari-cari sesuatu. ''Mana setannya, mana setannya...saya sudah pengin melempar nih,'' gumamnya.

Mendadak seseorang menepuk bahunya. ''Lagi ngapaian pak?'' ''Nunggu setan, seperti kata ustaz Gufron, kalau tidak ada yang lewat mana mungkin saya bisa lempar jumrah.'' Mendengar jawaban itu, orang tadi ngloyor sambil tersenyum sendirian.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement