Senin 25 Aug 2014 15:41 WIB

Tips Jadi Haji Sehat dan Mabrur (2-habis)

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji mengenakan pelindung kepala dan wajah guna menghindari dari teriknya matahari dan debu di Makkah, Arab Saudi.
Foto: AP
Jamaah haji mengenakan pelindung kepala dan wajah guna menghindari dari teriknya matahari dan debu di Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Situasi dan kondisi dalam proses ibadah haji seringkali mempengaruhi derajat kekuatan (kesehatan).  Jamaah haji perlu makan-minum yang cukup.

Karena itu membawa alat bekal makan-minum sangat diperlukan. Jika perlu membawa makanan dan minuman kesenangannya dari tanah air (dimasukkan dalam koper). ''Para ahli sansur (sanitasi dan surveilens sering berpesan: waspada makanan basi,''ungkap dia.

Tidur yang cukup dan usir stress dengan banyak do’a zikir merupakan hal yang penting diperhatikan,  Selain itu, Probosuseno, SpPD-KGer, FINASIM menambahkan, taati aturan dari petugas kesehatan (memakai masker, cuci tangan, Test kondisi fisik (dengan alat test yag tepat) dan tingkatkan kebugaran dengan olahraga yang tepat yang tidak ber-risiko. Mendekatkan diri pada Allah SWT dengan sholat, syukur, do’a, zikir, sedekah (shodaqoh), dan lain-lain dan selalu memohon perlindungan Allah SWT.

4. Ilmu manasik hajinya cukup.

Setiap yang berhaji/ umroh harus berusaha membekali diri dengan ilmu agama yang cukup  (bagi yang belum bisa membaca huruf Arab sebaiknya membuat catatan dengan huruf latin, dan bagi yang buta huruf dilatih sampai hafal (atau bersama dengan orang yang bisa).

Karena itu perlu latihan simulasi berkali-kali sampai paham. Hal ini perlu sekali untuk berjaga-jaga agar bisa mandiri dan sah secara syariat, seandainya terpisah dengan pembimbing ibadah haji.  Ilmu manasik haji untuk lansia sebaiknya yang pokok-pokok (rukun dan wajib), jika mampu baru ditambah yang sunah, saran dia. nneni ridarineni

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement