Selasa 09 Sep 2014 08:05 WIB

Menjadi TKI Berbuah Haji

Ribuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia melakukan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: ANTARA/Kuwadi/ca
Ribuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia melakukan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS al-Hajj : 27).

Barangkali inilah yang terjadi pada Sunadi (42). Ia dulunya merupakan seorang TKI di Arab Saudi yang bekerja di Ali Hafidz Company di Kota Tabuk, daerah perbatasan antara Yordan dan Mesir. Dia bekerja di sebuah supermarket besar di Tabuk selama dua tahun.

Setelah satu tahun bekerja, ada peluang baginya untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Kesempatan tersebut datang dari pihak perusahaan tempatnya bekerja. Merasa terpanggil untuk menunaikan ibadah haji, ia pun mengambil peluang yang ditawarkan perusahaannya.

Dengan membayar 2000 real atau 5.200.000 rupiah, Sunadi terdaftar sebagai calon jamaah. Ada tujuh orang yang berkesempatan menunaikan ibadah haji yang diberangkatkan perusahaannya. Tiga berasal dari Indonesia. Selain dirinya, dua temannya yang lain berasal dari Ciamis dan Probolinggo.

Jika calon jamaah haji Indonesia pada umumnya melakukan kegiatan manasik bersama calon jamaah setanah air, Sunadi justru melakukannya bersama orang-orang Filipina. Al-Ikhlas adalah nama grup perkumpulan calon jamaah hajinya.

Saat itu ia ditunjuk sebagai ketua rombongan yang beranggotakan 12 orang. Mereka melakukan manasik haji selama dua bulan, hingga tiba waktunya berangkat ke Madinah.

Saat para calon jamaah haji dari Indonesia terbang ke Tanah Suci dengan pesawat, Sunadi dan rekan-rekannya pergi menggunakan bus. Selepas shalat Maghrib berjamaah, mereka pun berangkat dari terminal Tabuk menuju Madinah melalui jalan Tarik Al-Hamsan.

“Sampai di Madinah menjelang subuh, kami pun membersihkan diri, kemudian menuju Masjid Nabawi untuk shalat,” terang Sunadi.

Setelah shalat berjamaah, Sunadi bersama rombongannya pergi mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan berziarah kemakam-makam para syuhada. “Kami menuju surganya tempat-tempat mustajab di Riyadh, ada makam Bakhi, dan juga mengunjungi makam para sahabat Rasulullah SAW yang meninggal dalam perang Uhud dan Badar,” kenangnya. “Saya lupa namanya,” ujarnya saat ditanya dimana tempatnya bermalam. Sunadi hanya ingat menginap di sebuah hotel di Madinah.

“Sebelum sampai di Makkah kami berhenti sebentar untuk ihram, membersihkan diri, menggunting rambut, dan kuku. Setelah bersih kami shalat di Masjid Dur Ali. Menuju Makkah untuk melaksanakan haji dan berkunjung ke al-Munawarrah, Makam Ibrahim.”

Sunadi sampai di Makkah dan melakukan thawaf dan sai, kemudian wukuf di Padang Arafah. Sampai di Mina, ia dan rombongan melaksanakan shalat malam serta dzikir dan berdoa hingga shalat Subuh.

“Sebelum jam tujuh kami berangkat ke Arafah untuk wukuf dan berdoa hingga jam dua siang kami berkunjung ke Padang Jabal Rahmah, yaitu tempat pertemuan Siti Hawa dan Nabi Adam AS. Jam lima sore kami sudah harus meninggalkan Arafah karena tidak boleh shalat maghrib di sana. Sambil terus berdoa. Kami pun langsung menuju Muzdhalifah dengan berjalan kaki.”

Sampai di Muzdhalifah jam sepuluh malam, ia berdoa dan mengumpulkan batu untuk melempar jamrah pada jam sebelas sampai jam dua belas malam. Lalu istirahat sambil berdo’a hingga subuh. Setelah salat subuh, kembali melempar jamrah Aqabah pada jam dua belas siang.”

Di sini, orang banyak berdatangan dari berbagai negara di dunia, sementara jalan yang dilalui sempit. “Sempat terjadi insiden. Orang-orang tua banyak yang terinjak-injak,” tutur Sunadi. Ia mengaku bersyukur karena anggota rombongannya tidak mengalami hal demikian.

Kehilangan rekan

Sunadi menceritakan kedua anggotanya sempat menghilang saat di Mina. Sebagai ketua rombongan, ia merasa bertanggung jawab dan langsung melakukan pencarian. “Saat kami akan berangkat menuju perkemahan di Mina, kedua teman saya yang dari Ciamis dan Probolinggo mengatakan sudah tahu tempatnya, jadi kami pun berpisah. Saya dan rombongan menunggu mereka di tenda dekat perbatasan di Mina, tapi sampai sore mereka tidak datang,” tuturnya.

Akhirnya, ia dan jamaah lain melakukan pencarian. Ia mencoba menelepon kedua rekannya yang hilang itu, namun mereka tidak bisa dihubungi. “Rupanya HP kedua teman saya tersebut bermasalah, yang satu baterainya habis sedang yang lain dalam keadaan rusak. Mereka meminjam telepon pada pihak kepolisian di sana, tapi saat saya dan anggota lain menjemput, keduanya justru sudah tidak ada di tempat. Untungnya saat menuju wukuf di Arafah yang kedua kali, kami dapat bertemu lagi.”

Sunadi menerangkan dirinya sempat pula membantu jamaah dari Indonesia. Banyak jamaah yang mengalami kehilangan anggota seperti yang dialaminya. Ia mengatakan pernah membantu jamaah asal Semarang yang tersesat dan membantu mencari jamaah asal Berebes yang hilang hingga berhari-hari belum ditemukan.

Selesai melaksanakan haji, Sunadi pulang ke Tabuk untuk mengurus surat-surat dan tiket pesawat agar bisa kembali ke Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement