Selasa 09 Sep 2014 09:16 WIB

Pergi Haji untuk tidak Kembali (1)

Makam Baqi di samping Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Darmawan/ca
Makam Baqi di samping Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki*

Ada sebagian jamaah calon haji, terutama yang berusia lanjut, memiliki keinginan pergi haji untuk tidak kembali alias ingin wafat di Tanah Suci.

Mereka berkeyakinan bahwa wafat dan dikuburkan di Tanah Suci lebih mulia daripada wafat dan dikuburkan di Tanah Air, apalagi sedang menunaikan ibadah haji.

Kemulian ini karena selain jenazah mereka akan dishalatkan di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi oleh ratusan bahkan mungkin jutaan manusia, mereka pun akan mendapatkan keutamaan seperti bunyi hadis dari Az-Zuhri yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa dikuburkan di Makkah, maka akan datang pada hari kiamat dengan aman sentosa. Barang siapa dikuburkan di Madinah, maka aku akan menjadi saksinya dan pemberi syafaat baginya.”

Maka, bisa dikatakan bahwa sebagian kasus kematian jamaah haji Indonesia yang setiap tahunnya rata-rata mencapai 450 orang atau 1 kloter memang “kematian yang sudah diniatkan” dari Tanah Air. Tetapi, kematian tersebut bukan bukan karena usia lanjut saja, tetapi juga karena penyakit yang sudah diidapnya di Tanah Air dan semakin parah ketika di Tanah Suci.

Adapun penyakit yang menyebabkan kematian jamaah di Tanah Suci adalah penyakit jantung, disusul oleh pneumonia dan penyakit infeksi. Pada tahun 2013, jumlah kematian jamaah haji Indonesia memang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 266 jamaah.

Penyebab utama penurunan ini bukan karena jumlah jamaah Indonesia pada tahun 2013 juga menurun yang disebabkan oleh pengurangan kuota haji sebanyak 20 persen yang disebabkan oleh pembangunan Masjidil Haram, tetapi memang semua sistem pelayanan kesehatan di Tanah Suci telah bekerja dengan baik.

Padahal, pada tahun 2013 tersebut, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi mencatat ada sebanyak 82.406 jamaah yang tergolong risiko tinggi (risti) yang terbagi atas jamaah berusia di atas 60 tahun (12,45 persen), jamaah yang mengidap penyakit (58,95 persen), dan jamaah berusia di atas 60 tahun yang mengidap penyakit berat (26,7 persen).

Adapun penyakit mayoritas yang diderita oleh para jamaah risti adalah hipertensi, selain diabetes dan penyakit hati.

*Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan JIC

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement