Kamis 11 Sep 2014 17:01 WIB

Jadi Petugas Haji, Purwanto Jual Perhiasan Sang Istri (2-habis)

Rep: c72/ Red: Agung Sasongko
Haji Khusus (Ilsutrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Haji Khusus (Ilsutrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ia juga sempat menyampaikan keprihatinnya atas banyaknya umat muslim yang menunda beribadah haji. Ia percaya banyak umat Islam yang mampu tapi belum punya niat berhaji. "Banyak dari mereka yang belum berniat untuk melaksanakan ibadah haji karena merasa belum terpanggil, padahal sebenarnya sebagai umat islam kita sudah dipanggil untuk beribadah sejak kita lahir," ucapnya.

Purwanto menuturkan saat setiap bayi yang lahir, setiap ayah mengumandakan adzan di telinga bayi. Panggilan adzan itu menandakan ajakan untuk beribadah, termasuk beribadah haji.

"Jika dimaknai secara umum maka sebenarnya azan bukan hanya panggilan untuk melaksanakan shalat, secara umum azan juga dapat dimaknai sebagai panggilan untuk segera melaksanakan semua jenis ibadah, oleh sebab itulah mengapa azan sudah dikumandangkan kepada kita saat kita baru dilahirkan meskipun kita belum dapat melaksanakan ibadah shalat," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa dari sini kita dapat meyimpulkan sebenarnya sudah tidak ada lagi istilah belum berangkat haji karena merasa belum terpanggil, padahal sebenarnya orang itu sudah memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji. Begitu juga dengan ibadah yang lainya, banyak yang sebenarnya sudah terpanggil namun menunda untuk beribadah karena ia berpura-pura tidak mengetahui panggilan itu atau bahkan tidak memperdulikanya.

Unik

Keberangkatanya ke tanah suci sebanyak empat kali membuatnya paham betul mengenai karakter umat muslim Indonesia saat melaksanakan Ibadah Haji. Beberapa kali ia pergi ke Tanah Suci pada tahun 2001, 2008, 2011 dan 2013 ia seringkali melihat keunikan yang sama dan terus terulang di musim haji saat ia ke Tanah Suci.

"Keunikan yang paling sering saya temui adalah saat selesai ibadah haji, saat akan pulang menuju tanah air banyak jamaah hai yang harus tersendat proses kepulanganya karena masalah bagasi pesawat," ucap Purwanto yang sempat menempuh pendidikan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya dan memperoleh gelar Magister Manajemen di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.

Banyak dari mereka yang mencoba memaksakan untuk membawa oleh-oleh secara berlebihan hingga akhirnya berat tas bagasinya dinyatakan kelebihan beban oleh pihak petugas pemeriksa bagasi, selain itu banyak juga jamaah haji yang memaksakan untuk tetap membawa air zam-zam meskipun sebenarnya mereka sudah mendapat air zam-zam dari pihak penyelenggara ibadah haji.

"Usaha mereka pun banyak yang akhirnya sia-sia sehingga mereka harus rela meninggalkan sebagian barang bawaanya agar tas bagasinya tidak melebihi berat yang telah ditentukan, dan jamaah haji yang membawa air zam-zam pun juga harus rela hanya membawa pulang air zam-zam yang telah disediakan oleh penyelenggara ibadah haji," ucap Purwanto.

Ia mengatakan bahwa yang membuat unik adalah hal ini terus terjadi berulang-ulang di tiap musim haji. Padahal setiap tahun penyelenggara telah memberikan informasi mengenai peraturan tersebut namun masih ada saja jamaah haji yang mencoba untuk mencuri-curi kesempatan.

Aa Gym

Pada salah satu musim haji ia juga sempat secara tidak sengaja pergi ke Tanah Suci bersama dengan KH Abdullah Gymnastiar atau yang kerap disapa Aa Gym. Meskipun saat itu ia tidak sempat berkomunikasi langsung dengan Aa Gym namun ia sempat bergabung dalam tausiah yang diisi oleh Aa Gym.

"Saat itu saya dan Aa Gym menginap di pemondokan yang bersebelahan, karena saya mendengar bahwa Aa Gym akan mengisi tausiah di pemondokanya maka saya berinisiatif untuk bergabung menyimak tausiah tersebut," ucap Purwanto.

Selain itu Purwanto juga sempat melaksanakan ibadah haji yang hanya memerlukan waktu tunggu atau waiting list selama satu bulan. Hal itu ia alami pada tahun 2011 saat peraturan mengenai kuota jamaah haji belum seketat sekarang.

"Karena saat itu peraturan masih memungkinkan bagi staf untuk menggunakan kuota jamaah haji, maka begitu saya mendapat informasi bahwa masih terdapat kuota yang tersisa maka saya langsung bergegas untuk menggunakannya," ucap Purwanto.

Setelah Purwanto melunasi Ongkos Naik Haji (ONH) dan menyelesaikan seluruh persyaratan administrasi, dalam kurun waktu kurang dari satu bulan ia sudah dapat berangkat melaksanakan ibadah haji. Itu merupakan kesempatan yang langka untuk dapat dilakukan saat ini mengingat ketatnya peraturan mengenai penggunaan kuota ibadah haji.

"Ke depan saya berencana untuk dapat kembali ke Tanah Suci bersam istri, karena saat saya melaksanakan ibadah haji pada 2011 saya tidak ditemani oleh istri saya karena ia saat itu sedang sakit, semoga dalam waktu dekat saya dapat secepatnya kembali melaksakan ibadah haji bersama istri saya," ucap Purwanto yang telah memiliki dua orang putri dan dua orang cucu.

Setiap kali ia melaksanakan ibadah haji ia tak lupa untuk selalu mendoakan kebaikan bagi bangsa dan negara Indonesia. Secara spesifik ia menjelaskan bahwa ia selalu berharap agar seluruh masyarakat Indonsesia dapat berbangsa dan bernegara sesuai dengan tuntunan yang ada dalam agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement