REPUBLIKA.CO.ID, Kaum Muslimin diwajibkan untuk melaksanakan sa’i di antara keduanya serta berhenti sejenak untuk mengenang Adam dan Hawa yang pernah berdiri di atasnya—sebagaimana disebutkan dalam sebagian khabar.
Selain itu, sa’i bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap nikmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada Hajar dan putranya, Ismail, juga kepada umat manusia sesudah mereka. Nikmat berupa mata air Zamzam untuk Hajar seetelah dia berusaha mencari sumber air dengan berjalan bolak-balik antara Bukit Safah dan Marwa.
Di dalam Shahih al-Bukhari terdapat sebuah riwayat Ibnu Abbas dengan status marfu’. Di sini disebutkan, Ibrahim meninggalkan Hajar bersama putranya, Ismail, yang masih menyusu di suatu tempat di Makkah.
Dia hanya meninggalkan untuk mereka satu kantor kurma dan satu wadah tempat minum. Ketika air dalam kantong itu habis, Hajar dan putranya pun mulai merasa haus. Hajar memandangi putranya yang menggeliat kehausan.
Tak tega melihat anaknya dalam keadaan demikian, dia segera pergi dan mendapati Shafa, bukit terdekat. Dia pun menaikinya, lalu berdiri di atasnya. Kemudian dia memandang sekeliling, mungkin ada orang di sana.
Ternyata dia tak melihat seorang pun. Lantas, dia menuruni Bukit Shafa dan menuju Bukit Marwa. Dia pun berdiri di Bukit Marwa dan melihat apakah ada seseorang. Di sana juga tidak terlihat seorang pun.
Dia terus melakukan hal itu sebanyak tujuh kali. Ibnu Abbas meriwayatkan, Nabi bersabda, “Karena itulah, orang-orang melaksanakan sa’i di antara keduanya.” (Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth)